Tips Komunikasi Efektif Suami Istri dan Pembagian Peran dalam Rumah Tangga



Sebagai seorang introvert, dulu nyaris ngga pernah terbayangkan bagaimana ketika menikah, hidup dengan orang lain. Bagaimana berkomunikasi? Dan lain sebagainya. Setelah menikah, barulah semua terpampang nyata di hadapanku. Apalagi aku dan suami belum pernah berkomunikasi sebelumnya. Tentunya menjadi tantangan bagi kami.

Belum lagi "sifat bawaan" wanita yangsuka mmmerajuk dan pembawa kode-kode layaknya pramuka. Duh duh duh, apakah Moms juga demikian?


Alhamdulillah memasuki tahun kedua, ketika anak sudah terlahir, perlahan kami mulai bisa menemukan ritme dan teknik komunikasi efektif ala kami. Moms bagaimana?

Begitupun soal pembagian peran dalam rumah tangga, aku dan suami membuat kesepakatan bahwa dirinya akan turut serta aktif juga dalam proses pengasuhan dan pekerjaan rumah tangga.

Oh ya aku sempat melakukan mini survei di instastory. Nah berikut hasil pollingnya.
1. Apakah Moms sudah memahami tentang komunikasi efektif suami istri?
Sebanyak 67% menjawab sudah dan 33% menjawab belum.

2. Apakah Moms dan suami sudah mengetahui teknik komunikasi yang efektif?
Sebanyak 50% menjawab well done dan 5% menjawab I'm trying.

3. Apakah Moms sudah berbagi peran dalam rumah tangga dengan suami?
Sebanyak 83% menjawab well done dan 17% menjawab I'm trying.

Jika masih bertanya-tanya, yuk disimak summary kuliah WhatsApp yang kuikuti beberapa hari lalu dengan tema "Tips Komunikasi Efektif Suami Istri & Pembagian Peran dalam Rumah Tangga".


Penghambat Komunikasi Suami Istri
Sebelum beranjak lebih jauh, mengenai tips komunikasi efektif, ada baiknya Moms mengetahui faktor penghambat komunikasi suami istri.
1. Blaming Partner
Dalam hal ini suami istri saling menyalahkan atas apa-apa yang terjadi. Tentu hal ini tidak sehat karena nisa memicu konflik setiap saat.

2. Antipati terhadap kritik
Tak selamanya kita harus menutup telinga terhadap kritik yang masuk, terlebih jika itu dari pasangan. Cobalah bersikap lebih terbuka. Dengan begitupula, niscaya pasangan akan bersikap sama.

3. Enggan Memuji & Mengapresiasi
Rasanya tidak ada orang yang tidak senang dipuji atau minimal diapresiasi atas setiap tindakan maupun karyanya. Betul, Moms? Terlebih perempuan. Sebelum minta dipuji atau diapresiasi oleh pasangan, ada baiknya Moms memulai terlebih dahulu memuji dan mengapresiasi suami.
"Terimakasih telah berjuang mencari nafkah untuk aku dan anak kita."
Atau bisa dimulai dengan tindakan kecil, "Terimakasih sudah membantuku berbelanja."

Tips Komunikasi Efektif Suami Istri
Umumnya pertanyaan yang kerap menjadi keresahan para istri adalah bagaimana menyikapi suami yang malas atau bahkan sama sekali tidak mau berbagi tugas rumah tangga? Apalagi mereka cenderung merasa hanya wajib "kerja" di luar rumah saja.

Sejauh apa Moms telah menyikapi sikap suami yang seperti ini? Apakah sudah pernah di obrolkan? 

Pada dasarnya, kunci "ingin suami seperti apa" adalah pada komunikasi.

Pertama, kepada Sang Pemilik Hati.  Yakinkan diri bahwa sekeras apapun kemalasannya, Dia bisa mengubahnya.

Kedua, sudahkah mengutarakan beban Ini kepasangan? 
Ingat, laki-laki tidak sepeka perempuan yang selalu bisa berkode-kode lho, Moms. Alih-alih paham yang dimaksudkan, doi bisa saja menangkap maksud yang berbeda.

Jadi bicara dari hati ke hati mengutarakan keinginan dan kelelahan bunda adalah hal yang tepat dan perlu dilakukan.

Eits, tapi ada hal-hal yang perlu Moms perhatikan ketika ingin bicara dari hati ke hati alias teknik komunikasi.
1. Waktu yang tepat 
2. Tempat yang tepat 
3. Kalimat yang tepat 
4. Ada feed back (solusi & komitmen) 

Ketiga, memahami bahwa suami istri bisa salah. Memahami adalah memaafkan namun bukan berarti menerima begitu saja. Kalaupun pasangan berbuat salah, mengingatkan dengan lemah lembut adalah tanda saya dan peduli. Bukankan berumahtangga untuk saling mengingatkan dalam kebaikan? Cara mengingatkannya? Kembali ke poin nomor 2.

Ke-empat, kuatkan circle intro. Dalam rumah tangga terdapat circle intro yaitu suami dan istri dan sekunder yaitu anggota keluarga, kerabat atau keluarga lainnya. Penting bagi suami istri menguatkan hubungan circle intro, terlebih untuk menghadapi circle sekunder dan orang-orang lainnya. Ini juga sama dengan menjaga bonding time dan romantisme.

Kelima, berikan apresiasi pada pasangan. Rasanya tak ada orang yang tak ingin kerja dan usahanya diapresiasi, sekecil apapun itu Tak ada salahnya sesekali memuji sikap, perilaku atau kerja keras pasangan. Jangan sampai ia mendapatkan apresiasi justru dari "pihak luar"!

Keenam, miliki selera humor. Sekalipun mungkin kita adalah tipe serius, tapi sesekali mencoba bersikap humor dengan candaan yang cukup, direkomendasikan. Ini bisa membuat suasana jadi lebih cair dan hangat.

Ketujuh, tanamkan personal touch yang kuat dalam keluarga. Ini membuat kehadiran kita jadi lebih berarti.
Personal touch adalah kehadiran atau peran kita dalam keluarga, seberapa berpengaruhnya. Misal, seorang suami yang ketika bekerja, kepulangannya ditunggu istri dan anak-anaknya. Aau seorang ibu yang ketika berhalangan memasak, maskaannya dinantikan suami dan anak-anaknya. Personal touch ini membuat kehadiran kita jadi lebih berarti.


Kunci komunikasi yang efektif ialah kesamaan pemahaman yang tidak terpaksa. Supaya apa yang kita inginkan dan apa yang suami inginkan bisa mendapatkan titik tengah. Komunikasi harus memperhatikan rasa respek,  empati,  audible (tidak berteriak), clarity (tidak berbelit) dan humble.

"Misal kita sebagai istri sudah mencoba berkali-kali mengkomunikasikan pembagian peran ini, tapi suami tetap tidak mau berbagi peran gimana ya?"

Cari tahu,  kenapa suami enggan membantu? Apakah benar hak-haknya juga sudah terpenuhi? 
Sah satu hak utama bagi seiap pasangan adalah terpenuhinya baterai cinta.

Sebagai pasangan suami istri, kita harus sama-sama menjaga rasa cinta ini ya. Istilahnya, "bikin sering timbul".

"Adakah acuan pembagian peran dalam rumah tangga yang baik dan proporsional? Bagaimana tolak ukur atas hal ini ya Bun mengingat terkadang istri merasa 'kok aku lebih banyak sih' atau mungkin malah suami yang perhitungan 'kenapa aku lagi sih?' ?"

Ketika sudah berumah tangga, suami dan istri tentunya punya kewajiban & hak sendiri-sendiri. 
Dalam menjalankan kewajibannya tentu ada tugas dan tanggung jawab sendiri. Tolak ukur pembagian peran tersebut adalah rasa adil bagi setiap pasangan.

Artinya tidak ada yang merasa paling capai & paling menderita sendiri.

Tipe-Tipe Rumah Tangga
Untuk menjawab hal itu,berikut beberapa tipe rumah tangga yang biasa ditemukan.

1. Tradisional
Dalam rumah tangga dengan tipe ini, istri berperan 100% mengurus pekerjaan rumah tangga. Mulai dari masak, bebenah, urus anak dan segala kebutuhan rumah lainnya
Sedangkan suami bertanggung jawab 100% hanya untuk bekerja, mencari nafkah bagi keluarga. Namun, presentase kepuasan atas peran ini nyatanya tidak seimbang. Bahkan sering memicu konflik.

Istri merasa pekerjaannya jauh lebih berat dari suami yang bekerja di kantor. Bahkan ada pepatah yang mengatakan melakukan pekerjaan rumah ibarat menghitung bulu kucing,  padat namun tak terlihat.

2. Task-Based Sharing (Berbagi Tugas) 
Tipe in,  tipe ideal dalam kepuasan pembagian peran,  karena suami dan istri melakukan diskusi dalam pembagian kerja juga dalam menentukan keputusan berbagai hal. 

Misalnya, ketika istri memasak, suami yang berbelanja. Semua dilakukan dengan sadar karena ada diskusi dalam pembagian kerjanya.


3. Flexible Sharing
Tipe ini biasanya tidak memiliki pembagian tugas mutlak. Mereka menjalani hidup dengan fleksibel. Biasanya ini terjadi pada mereka yang sama - sama bekerja di luar rumah.

Namun tingkat kepuasan ini biasanya belum ideal, karena istri merasa masih harus menyelesaikan banyak tugas di rumah. Meskipuntidak ada tuntutan.


4. Pertukaran 
Tipe ini merupakan kebalikan dari rumah tangga tradisional. Di sini, peran yang biasa dipegang suami kini dijalankan oleh istri. Suami bertugas mengurus rumah tangga dan istri mencari nafkah atau bekerja di luar rumah. Istri ingin independen dan memiliki uang sendiri dan pengambilan keputusan juga berakhir di tangan istri.

Namun di masyarakat kita tipe ini tentu akan menjadi bahan gunjingan yang berujung pada ketidakpuasan antara suami istri itu sendiri.


Setelah mengenal tipe-tipe rumah tangga tersebut, tipe mana yang menurut Moms cocok menjadi acuan dalam rumah tangga Moms? 

Kesimpulannya, tolak ukur itu kita sendiri yang tentukan bersama pasangan. Jadi kembali ke bahasan awal bahwa tidak ada yang 100% sama antara yang satu dengan yang lain karena tolak ukur dalam hal ini adalah rasa adil kedua belah pihak yang tentu saja perlu dikompromikan.

Disclaimer:
Dirangkum dari kulwap bertema "Tips Komunikasi Efektif Suami Istri & Pembagian Peran dalam Rumah Tangga" bersama Ikatan Bunda BABE  dengan narasumber Mimo Nad dari @saring_sharing.

19 komentar:

  1. komunikasi dan pembagian peran perlu dibicarakan dg baik ya

    BalasHapus
  2. Aku bersyukur dapet suami yg mau sharing tugas rumah tangga. Dalam keadaan normal, kami berdua dibantu 2 asisten, Krn aku dan suani sama2 kantoran. Jd utk pekerjaan rumah tangga semuanya udh diurus Ama asisten2. Tp kalo mereka berdua sedang mudik, naah disitu tuh kami berdua bagi tanggung jawab. Suami ngerti aku ga suka kena detergen. Makanya urusan cuci baju dan piring itu tugas dia. Sementara setrika itu aku :p. Urusan masak ya sudahlah yaaaa, serahkan ke gofood sampe mbak balik, Krn kita berdua g ada yg bisa masak.

    Kalo utk urusan administrasi rumah tangga, itu juga saling bagi. Skillku mengatur keuangan masuk dan investasi. Sementara pak suami mengatur pengeluaran2 wajib kayak gaji asisten, air, listrik, sekolah anak dan internet. Dengan begitu adil sih.. tp ttp di akhir tahun, aku hrs bertanggung jawab penuh dgn investasi yg aku atur. Tercapai ga target yg kami bikin di awal tahun. Intinya memang komunikasi. Ga mungkin bisa sukses kalo masing2 ga tau cara menyampaikan ke pasangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah alhamdulillah sudah ada kesepakatan yah Mbak jadi lebih enak jalannya hehe

      Hapus
  3. Kami termasuk pasangan yang Task-Based Sharing (Berbagi Tugas). terlebih kami memutuskan untuk tidak memakai jasa asisten rumah tangga. Tapi kalau misal salah satu sedang berhalangan ya jadi flexsibel juga. Tapi intinya saling membantu.

    BalasHapus
  4. yang blaming partner tuh sering banget terjadi, dan saya selalu risih kalau yang gitu adalah lelaki.
    Rasanya ingin saya pakein rok hahaha.

    Udah blaming partner, tutup telinga pula terhadap komunikasi :D

    BalasHapus
  5. Kl sy n suami liat sikon aja. Siapa yg free dia yg ngerjain. Prioritas bocah g rewel itu aja

    BalasHapus
  6. Makasih sharingnya mba. Pernikahan itu belajar terus ya. Sebenarnya jd malu juga baca artikelnya, semua permasalahan itu pasti ada andil semua orang di dalamnya jd seharusnya masing-masing introspeksi dan memperbaiki diri

    BalasHapus
  7. Komunikasi dengan pasangan ini gak selalu mudah ya, tapi harus selalu diperjuangkan untuk rumah tangga yang langgeng

    BalasHapus
  8. Suamiku dan aku dari sebelum menikah sudah buat kesepakatan bersama mbak, untuk saling berbagi tugas dalam keadaan apapun. Jadi memang setiap hari harus menahan ego agar rumah tangga terus berjalan dengan baik..

    BalasHapus
  9. Daku baru tahu ternyata mbak Visya introvert, daku pikir sebaliknya soalnya tiap ketemu yang diobrolin panjang kan, haha.. eh iyak kapan yak kita ketemu ipen bareng lagi, hehe

    BalasHapus
  10. Kalau suami alhamdulillah sih tanpa disuruh inisiatif bantuin kerjaan RT, bahkan kalau saya blm masak, suami yg ambil inisiatif hehe, Mungkin krn kebiasaan dulunya anak kos jd ya bisa aja ngerjain hal2 remeh sendiri. Komunikasi emang penting, gak cuma urusan rumah tangga tapi juga urusan anak2 dll ya mbak

    BalasHapus
  11. Kunci keharmonisan rumah tangga adalah komunikasi ya mbak..

    Makanya penting bgt tips komunikasi efektif ini, makasih ya

    BalasHapus
  12. sejujurnya tipe rumah tangga ku itu yang tradisional, tapi suami juga ngga ngelarang aku kalau mau ikutan kerja cari uang

    BalasHapus
  13. Setelah menikah 14 tahun, saya dan suami udah tanpa jarak lagi ngomong. Justru saling kritik, saling kasih masukan satu sama lain dengan terbuka. Karena gimanapun, dalam sebuah rumah tangga, keterbukaan itu penting ya Bun, begitu juga mengapreasiasi apa pendapat pasangan kita.

    BalasHapus
  14. Komunikasi antarsuami istri memang penting, apalagi saya LDR sama suami, kadang suka miskom masalah sepele, mesti banyak “kesadaran”

    BalasHapus
  15. Pasangan selalu punya plus minus, dengan bertambahnya usia pernikahan akhirnya semua konflik bisa teratasi. Maklum yang ga kenal sebelumnya akhirnya jadi kenal dan tambah memafahi setelah melewati berbagai macam badai komunikasi

    BalasHapus
  16. Saya tdk pernah komunikasi dgn suami. Jadi di saat saya lelah sekali dan suami tdk ada respon disitulah saya marah2 dan kesal semua keluar. Dan suami beranggapan saya tdk bisa menghargai suami. Krn wkt suami saya hbs untuk bekerja dan menunggu burung ternaknya. Saya sdh tidak kuat lagi dan tidak tahu bagaimana hrs bicara dgn suami. Kita tdk pernah duduk ngobrol berbicara dia lbh suka ngobrol dgn bpk2 di malam hari, dan burung ternaknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak.. sayapun masih belajar soal ini. Memang kadang pikiran laki2 dan perempuan berbeda yah Mbak. Semoga Tuhan menyentuh hati suami Mbak yah agar mau mendengarkan Mbak.
      Virtual hugs🤗

      Hapus
  17. Thanks for sharingnya Mbak. Bermanfaat sekali nih tipsnya buat pasutri yang ingin menerapkan komu ikasi efektif. Baru tahu juga tipe-tipe dalam rumah tangga, kalau di keluarga saya kayaknya lebih ke fleksibel aja sih hehe

    BalasHapus