Pengalamanku melakukan ta'aruf membuatku ingin terus berbagi soal ta'aruf. Akupun beberapa kali menerima beragam pertanyaan tentang ta'aruf khususnya dari para muslimah yang sedang (menuju) melakukan hal tersebut.
Dalam hal ini posisiku sebagai seorang perempuan yang diajak menikah oleh lelaki yang belum pernah kukenal sebelumnya, meskipun kami ada beberapa kesamaan circle pertemanan.
Oh ya soal ta'aruf itu apa dan bagaimana, pernah aku bahas disini secara visual, dan lengkapnya disini.
Qadarallah saat suamiku ngajak ta'aruf, sebenarnya aku sempet mau langsung nolak. FYI, yang waktu itu jadi perantara adalah temen kami (seniorku & juniornya di organisasi) atas permintaan (calon) suami. Tapi perantara kami menyuruh aku istikhoroh terlebih dahulu.
Sampai pada suatu kesimpulan, insya Allah ini adalah solusi atau cara Allah menjawab doaku. Kuputuskan terima ajakan taarufnya. Dalam hal ini, aku baru menerima untuk mengenal lebih jauh, belum tentu menerima lamarannya.
Tak lupa aku juga memberitahu orangtuaku, ada yang mengajak ta'aruf, sebelum aku memutuskan menerima ajakannya atau tidak.
Baca Juga: Segalanya Masih Bisa Berubah
Barulah saat dia datang ke rumah, semacam "dibisikkan" oleh Allah "Dia lho jodohmu". Bagi orang yang belum pernah menikah atau belum pernah ta'aruf, mungkin terlihat absurd ya. Akupun pernah berada di posisi mereka ketika mendengarkan cerita temenku begitu. Eh, ngerasain sendiri pas giliranku.
Selain itu juga aku lihat perjuangannya demi bertemu orangtuaku pasca lebaran. Saat itu dia dari Sulawesi, sampai harus rela lebaran di kampung temennya di Jawa, supaya hemat ongkos. 😅
"Jika ada lelaki shalih yang kau ridhoi agama & akhlaknya, janganlah kau tolak..."
Ini pemaknaannya bisa luas. Ngga berarti "yang penting Islam" lalu diterima begitu saja. Memilih yang sama-sama beragama Islam itu penting, namun Nabi menyuruh menerima yang kita ridhoi, artinya yang kita setuju/sepakat dia memenuhi kriteria kita.
Baca Juga: Kala Jumpa Pertama
Kehadiran laki-laki yang mengajak nikah, menurutku bukanlah godaan iman, sebab muaranya pernikahan. Menurutku godaan iman itu semasa single, ada laki-laki bilang memilih kita tapi kita disuruh nunggu tanpa kejelasan waktu.
Kita harus bisa menyelisihi (membedakan) mana hawa nafsu, mana kecenderungan hati karena iman.
Jangan sampai kita tergerus nafsu, jadi berpikir ah mumpung dia sudah balik ke kita, terima ajalah~ don't let it happen :')
Apakah dia tahu ada orang lain yg juga datang? Jika ya, bisa jadi dia mengubah pikirannya dan "kembali" lantaran takut kehilangan atau gengsi maskulinitasnya. Wallahu'alam.
Baca Juga: Perempuan Butuh Kepastian
9. Apakah salah wanita memberi penegasan-penegasan tertentu di awal untuk memastikan kembali niat si lelaki? Seperti misalnya, saya masih kuliah, apakah sanggup membantu saya lulus kuliah? Saya masih terikat kerja, apakah bisa LDR atau mengikuti saya?
Menurutku yang kamu lakukan sudah tepat, memberi penegasan di awal. Meskipun ada orang-orang tertentu ketika diberi penegasan menganggapnya seperti diragukan atau bahkan membuatnya ragu (kalau pada akhirnya dia memang ngga masalah dengan hal itu, dia akan kembali dengan yakin).
Yakinkan dirimu, kamu tidak perlu merasa bersalah atas apa yg udah kamu katakan. Nothing to lose. Kalau dia kembali dan tetap yakin, mari dilanjutkan, semoga Allah lancarkan. Jika dia bilang tidak yakin, baiklah sampai disini. Yakinkan dirimu, "aku tidak merasa kehilangan. Karena kita tidak saling menjanjikan (apapun), apalagi memiliki."
Definisi kehilangan adalah rasa yang timbul karena sesuatu yang kita miliki lenyap.
Tidak perlu juga ilfil atau suudzon, barangkali dia memang punya hal-hal lainnya yang kamu ngga tau yang tiba-tiba membuatnya harus mengambil keputusan itu. Mungkin klise, tapi percayalah.. Jika memang ia jodohmu, dia akan kembali, sejauh apapun ia pergi. Jika bukan jodohmu, bagaimanapun ikhtiarnya, tidak akan Allah persatukan.
Demikian tanya jawab yang sering kuterima selama menerima konsultasi pra nikah. Bagi teman-teman yang ingin sharing denganku seputar persiapan nikah atau apapun berkaitan dengan pra nikahz my pleasure, aku akan senang hati. Insya Allah keamanan terjamin. Sst, ini bukan menawarkan jasa lho. Free.
Menikah bukanlah kompetisi siapa cepat dia menang. Namun ketika kecenderungan hati sudah ada, bersegeralah. Jika belum siap, berpuasalah. Hanya kamu yang paling paham dirimu.
“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku” – Umar bin Khattab
0 komentar: