Empat Spot Alam Nan Eksotis di Dataran Dieng: Jelajahi, Pelajari dan Jaga Bareng-bareng

 

Dieng


Hawa dingin menelusup masuk ke dalam gordyn kamar yang kutempati di wilayah Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Hari itu hari pertama aku tiba di Dieng dalam kunjungan keduaku. Suhu di Dieng biasanya berkisar 12-20 °C di siang hari dan 6—10 °C di malam hari. Saking dinginnya, pada rentang waktu Juli-Agustus kerap muncul embun beku. Bagaimana tidak, suhunya mencapai 0 C di pagi hari! Embun beku ini juga diwebur bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.


Dieng dan Sejarah di Baliknya
Dieng atau yang biasa disebut Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah dataran tinggi dengan ketinggian mencapai 2000 meter di atas permukaan laut. Tinggi banget? Ya, karena itu pula lah Dieng dijuluki sebagai Negeri Kayangan atau Negeri Di Atas Awan. Dataran Tinggi Dieng terbentuk akibat letusan Gunung Prahu Tua, berabad-abad yang lalu.

Secara geografis, Dataran Tinggi Dieng terletak di antara Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Dieng sendiri merupakan kawasan vulkanik aktif di Jawa Tengah. Di sebelah barat berjejer kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.

Apakah kamu tahu sejarah asal nama Dieng?

Ternyata  "terbentuknya" Dataran Tinggi Dieng ini diawali dari peristiwa pemindahan simbol surga yang dilakukan oleh Sang Hyang Djagadnata (Bathara Guru). Dieng berasal dari bahasa Sanskerta; Di artinya tempat yang tinggi atau gunung dan Hyang artinya leluhur atau dewa-dewa. Kasarnya, Dieng berarti gunungnya para dewa.

Empat Spot Alam Dieng nan Eksotis: Jelajahi, Pelajari dan Jaga

Jelajahi artinya turun langsung meneropong keindahan negeri kayangan. Jika di masa pandemi begini, mungkin kita bisa menggantinya dengan virtual tour ataupun berkunjung dengan protokol kesehatan yang ketat. Pelajari artinya kita hendaknya mengetahui sejarah, legenda hingga bukti ilmiah dari keindahan alam tersebut. Pesan moral dalam legenda menjadi pembelajaran hidup, bukti ilmiah dan sejarah menjai tambahan wawasan kita. Sedangkan jaga artinya menjaga kelestarian dari keindahan alam tersebut agar terus bisa dinikmati. 

Dari sekian banyak spot alam di Dieng, berikut aku rangkum empat spot alam nan eksotis di Dieng serta sejarah atau legendanya dan informasi ilmiahnya.

Kawah Sikidang yang Seperti Kijang
Kawah Sikidang merupakan kompleks kawah-kawah dengan lokasi kawah utama yang berubah-ubah. Diberi nama “sikidang”, yang berasal dari kata “kidang” (kijang). Kawah utama yang berpindah-pindah disamakan dengan sifat kijang yang senang melompat ke sana-ke mari.
Dieng 0 Kilometer
Berfoto dengan latar kabut di Kawah Sikidang
(sumber: dokumen pribadi)

Jika kamu berencana mengunjungi Kawah Sikidang, disarankan memakai masker karena belerang dari kawah cukup berbau yang tentunya tak baik bagi kesehatan jika dihirup langsung. Begitu memasuki area kawah, kita akan disuguhkan dengan lubang-lubang besar dengan asap tebal dari kawah bercampur dengan uap udara.

Kawah Sikidang
Salh satu spot foto di Kawah Sikidang
(sumber: dokumen pribadi)


Untuk mencapai lokasi kawah utama dari parkiran, harus berjalan kaki kurang lebih 1 km dengan jalanan yang agak terjal dan banyak lubang kecil yang sangat mungkin suatu hari nanti menjadi kawah utama. ternyata ada yang namanya telur rebus kawah.  Sayangnya aku ngga sempat nyobain. Oh ya, bagi kalian yang pengen hemat waktu dan tenaga berjalan ke kawah,  bisa menyewa motor offroad lho.

Telaga Warna dan Warna Pelanginya
Disebut telaga warna lantaran warna air dari telaga tersebut bisa berubah ubah antara hijau, kuning dan beragam warna pelangi lainnya. Secara ilmiah, hal ini disebabkan oleh cahaya yang memantul serta kandungan belerang di dalamnya. Sedangkan, dari sisi legenda dikatakan bahwa dahulu kala ada cincin seorang bangsawan yang terjatuh ke dalam telaga yang menyebabkan warna telaga tersebut berubah-ubah. Konon katanya Telaga Warna merupakan tempat mandi para dewi dewi.




Telaga Wana Dieng
Telaga Warna Dieng
(sumber: dokumen pribadi)

Telaga Warna Dieng
Telaga Warna Dieng (Tampak Depan)
(sumber: dokumen pribadi)




Tak hanya telaga yang cantik,  kita bisa menjelajahi hutan kecil, sampai naik jembatan gantung. Telaga warna juga dikelilingi beberapa tempat keramat seperti Goa Pengantin, Batu Tulis, Goa Sumur dan Goa Jaran. Jika ingin menikmati keindahan maksimal dari telaga warna, datanglah pada siang hari ketika kabut belum muncul.
Goa Pengantin
Goa Pengantin
(sumber: dokumen pribadi)



Batu Pandang Ratapan Angin
Bisa dibilang ini adalah spot alam di Dieng dengan effort yang cukup keras karena letaknya di atas bukit, sehingga membuat kita harus mendaki. Namun keindahan yang ditawarkan sangat sepadan dengan usaha mendakinya. Secara ilmiah, lokasi ini tercipta akibat letusan gunung yang menyisakan tebing-tebing artistik. Sedangkan, legenda berkata konon dahu kala ada seorang putri yang "berselingkuh" dengan kekasih gelapnya di tebing ini. Sang suami mengetahuinya, namun justru kekasih gelap sang putri hendak membunuhnya. Angin puting beliung akhirnya menyelamatkan sang suami dan menewaskan pasangan selingkuh tersebut. Sejak saat itu di tebing tersebut kerap terdengar desau seperti suara ratapan yang dipercaya sebagai ratapan dan penyesalan keduanya.
Batu Pandang
Batu Pandang Ratapan Angin dengan View Telaga Warna
(sumber: dokumen pribadi)



Di sepanjang pendakian banyak spot foto. Ada spot foto bareng burung hantu (Rp 10.000/orang/kelompok dalam satu frame),  balon udara (Rp 5.000/orang) dan ayunan terbang (Rp 25.000/orang). Selama pendakian banyak warung-warung penjaja makanan. Yang unik tuh kalau biasanya gorengan itu isinya tahu, tempe,  disini ditambah dengan kentang. Ternyata kentang adalah komoditas pertanian Wonosobo. Oh ya, dari Batu Pandang Ratapan Angin ini kita bisa meneropong telaga warna secara keseluruhan lho. Asli, cantik banget!

AYah gendong anak
Cham digendong ayah mendaki Batu Pandang
(sumber: dokumen pribadi)

Ikon Batu Pandang Ratapan Angin
(sumber: dokumen pribadi)


Melihat Golden Sunrise di Bukit Sikunir
Tak afdol rasanya berkunjung ke negeri di atas awan tanpa menyasikan matahari terbit. Jika kamu ingin melakukannya, maka Bukit Sikunir layan menjadi pilihan lokasinya. Selain itu, Bukit Sikunir juga kerap menjadi lokasi berkemah bagi para pendaki. Secara ilmiah, bukit ini terletak
Nama Sikunir diambil dari kata kunyit atau kunir karena  ketika matahari memantul ke atas bukit, terlihat warna kunyit.
Bukit Sikunir
Golden Rise Bukit Sikunir
(sumber: Dieng.me)


Dari atas bukit kita bisa melihat panorama delapan gunung yang ada di sekitarnya seperti Sindoro, Sumbing, Prau. Jika ingin melihat golden sunrise, waktu terbaik adalah antara bulan Juli hingga Oktober.


Eksotisme Alam Dieng Harus Dijaga, Begini Caranya
Di masa pandemi seperti saat ini memang bisa dikatakan jumlah kunjungan ke alam termasuk Dieng menurun drastis. Meski begitu, jika kamu merencanakan berkunjung ke spot alam Dieng, ada baiknya kunjunganmu adalah kunjungan untuk menjaga. Bagaimana caranya?
  • Membawa kantong sampah sendiri yang dibawa pulang. Lebih baik lagi apabila kamu menemukan sampah, buanglah di tong terdekat atau jika tidak ada kamu bisa menyimpannya dahulu;
  • Tidak mengambil apapun yang ada di lokasi, kecuali foto;
  • Menceritakan ulang sejarah dari setiap keindahan alam berdasarkan sumber yang valid;
  • Membagikan pengalaman positif tentang kunjungan ke wisata alam di Dieng sebagai sarana edukasi;
  • Bagi warga atau pemuda di sekitar Dieng, bisa secara berkala melaksanakan aksi sosial bersih-bersih kawasang Dieng;
  • Jika kamu punya masukan atau saran, bisa disampaikan kepada pihak pengelola alih-alih memviralkannya di sosial media.
Kamu punya saran lain menjaga Dieng? Silakan share di kolom komentar, ya! Saranmu tentunya akan sangat berharga,

Penutup
Indonesia bangga memiliki Dieng sebagai salah satu keindahan sekaligus pariwisata alam. Kebanggaan tersebut juga harus diiringi dengan kepedulian,. Kepedulian itu berupa mendalami sejarahnya dan turut serta menjaganya.

Pepatah bilang, tak kenal maka "kenalan". Setelah kenalan, maka akan muncul kepedulian. Caritahu lebih banyak soal sejarah Dieng, maka rasa peduli akan muncul bersamaan dengan rasa bangga memiliki.

Jangan sampai anak cucu kita tak bisa menjelajahi  eksotisme Dieng lantaran kaki tangan kita yang tak mampu menjaganya.


Sumber

Foto: Visya & Dieng.me

Infografis: Visya

Referensi: Kompas.com, DiengPlateu.com, DiengIndonesia.com

2 komentar: