STOP Pneumonia Selamatkan Anak dan Balita di Indonesia

 



Bayi mungil itu diboyong keluar saat acara aqiqahnya. Para hadirin yang notabene laki-laki asyik merokok setelah dan sebelum acara selesai. Asap putih mengepul-ngepul di udara. Asap penuh zat berbahaya; nikotin, tar, benzena, arsenik dan ribuan zat lainnya.

Beberapa hari kemudian si bayi mungil tergolek lemah. Nafasnya tersengal-sengal, batuk dan demam, wajahnya juga pucat. Ada apa gerangan?


Bayi yang usianya masih hitungan hari itu ternyata mengidap pneumonia berat. Hasil rontgen menunjukkan paru-parunya diselimuti bakteri.  Penyebabnya? Kemungkinan besar menghirup asap rokok di hari aqiqahnya.

Peristiwa memilukan aku baca kisahnya yang ditulis langsung oleh sang ibu. Masih terus teringat olehku meskipun sudah tiga tahun lalu.

Tak cukup sampai disitu, ada juga pengalaman ibu Nurul Suci Sobariyah yang menemani putrinya Akleema Aulia Rohman di RS Kebon Jati.

Putrinya yang masih 1 tahun terkulai lemas di RS karena mengalami pneumonia berat. Ini merupakan kedua kalinya Akleema dirawat RS karena pneumonia dan pemicunya adalah asap rokok. 

Aklema, Anak Penyintas Pneumonia (sumber: Dream)

"Waktu itu lagi ada acara 17-an, banyak sekali orang-orang yang merokok, ditambah dengan kondisi anak saya yang mungkin saat itu lagi drop jadi langsung kena dan waktu dokter periksa sampai hasil rontgen paru keluar dokter bilang itu paparan asap rokok soalnya paru-parunya infeksi," ungkap Ibu Nurul pilu.

Sebagai orangtua berbalita, saya ngebayangin jadi orangtua si bayi. Ngebayangin jadi ibu si bayi. Ngebayangin jadi si bayi, "hak hidupku terampas!"

Iya, terampas. Tertulis jelas dalam Konvensi Hak Anak Pasal 24 bahwa tiap anak berhak mendapatkan standar kesehatan dan perawatan medis yang terbaik, air bersih, makanan bergizi, dan lingkungan tinggal yang bersih dan aman. Semua orang dewasa dan anak-anak perlu punya akses pada informasi Kesehatan.

 

Tentang Pneumonia di Dunia & Indonesia

Pneumonia bukanlah tubercolosis (TBC). Pneumonia kerap dianggap enteng padahal pneumonia adalah penyebab utama kematian pada anak dan balita.  Tak tanggung-tanggung, pneumonia  menyebabkan 15,5% dari semua angka kematian balita di Indonesia dan membunuh 1 juta anak setiap tahunnya di dunia!

kasus pneumonia di indonesia

sumber: Stoppneumonia.id

Pneumonia merupakan pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak daripada AIDS, malaria dan campak sekaligus. Dan setengah dari kasus kematian akibat pneumonia akibat polusi udara,

penyakit balita

sumber: Stoppneumonia.id

 

Bagaimana pneumonia bisa terjadi?

Penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, jamur dan mikroba lainnya yang menginfeksi sel-sel paru yang selanjutnya membuat peradangan akut dengan gejala-gejala mulai dari batuk, kesulitan bernapas ringan sampai berat bahkan sangat mungkin berujung pada kematian!

Pada catatan UNICEF tahun 2018 pneumonia menjadi penyebab utama infeksi kematian pada anak-anak di bawah lima tahun. Setiap harinya ada sekitar 2.400 anak di dunia yang meninggal karena pneumonia.

Siapa kaum rentan?

Anak-anak usia balita adalah kaum yang rentan terkena pneumonia, lebih spesifik lagi sebagai berikut:

1. Anak yang kurang ternutrisi. Kondisi kurang ternutrisi ini terutama bagi anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.

2.  Anak-anak dengan penyakit penyerta seperti AIDS atau campak.

3. Anak dengan sejumlah faktor lingkungan, seperti orangtua yang merokok ataupun polusi udara.

Jika sudah terlanjur terkena pneumonia apa yang bisa orangtua lakukan?

Segera bawa ke fasilitas Kesehatan terdekat untuk mendapatkan penangan tenaga kesehatan dan medis.

Lantas bagaimana pencegahan pneumonia?

STOP Pneumonia, Selamatkan Bayi dan Balita di Indonesia

Save the Children International meluncurkan kampanye global dalam rangka 100 tahun di tahun 2019. Di Indonesia,Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) sebagai  organisasi lokal Save the Children meluncurkan kampanye bernama STOP Pneumonia di bulan November 2019. STOP merupakan Langkah pencegahan pneumonia yang meliputi:

ASI Eksklusif, Menyusui, Dilanjutkan MPASI

Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dapat menurunkan kejadian pneumonia pada balita hingga mencapai 20%. (Ulfa/Hellosehat)

Tuntaskan Imunisasi Untuk Anak

Imunisasi adalah proses membangun kekebalan tubuh pada diri anak terhadap penyakit. Beberapa imunisasi dasar dan wajib bagi anak antara lain Campak, Diphteri-Pertusis Tetanus (DPT), Haemophilus Influenzae tipe B (Hib) dan Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV). Imunisasi dasar bisa didapatkan secara gratis atau harga terjangkau di faskes terdekat.

Obati ke Fasilitas Kesehatan Jika Anak Sakit

Anak yang sakit tidak bisa dianggap sepele, namun tidak juga terlalu panik. Tanggap dan segera memberi penanganan adalah kunci. Jika dirasa belum juga membaik, orangtua wajib membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat seperti puskesmas, rumah sakit atau klinik. Yang masih menjadi tantangan khususnya bagi pemerintah adalah penyediaan fasilitas kesehatan menunjang di daerah-daerah.

Pastikan Kecukupan Gizi Anak & Hidup Bersih

Fase bayi & balita adalah fase tumbuh kembang anak besar-besaran. Oleh karenanya harus didukung dengan kecukupan gizi meliputi karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, mineral dan vitamin. Tak lupa pula ditinjau dengan pola hidup bersih serta sanitasi yang sehat. Sering-sering cuci tangan pakai sabun.  Pastikan pula  sirkulasi udara yang baik dan tanpa asap baik didalam rumah dan dilingkungan rumah tempat bermain anak.

STOP Pneumonia
STOP Pneumonia
(sumber: dokumen pribadi)


Kampanye terintegrasi ini akan berjalan sepanjang 2019 hingga 2021 dengan sosialisasi intensif pada pemangku kebijakan, mobilisasi sosial serta kampanye parenting guna menguatkan peran ayah dalam keluarga. Kegiatan ini terfokus di wilayah dampingan Save the Children di Kabupaten Sumba  Barat, NTT dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Selain itu, Save The Children menyelenggarakan Festival Anak Sehat Indonesia sebagai bagian dari perayaan Hari Pneumonia Dunia.

Faktanya, menghentikan dan mencegah pneumonia adalah aksi yang dapat dilakukan yakni dengan STOP. STOP adalah Langkah nyata selamatkan anak dan balita di Indonesia dari bahaya pneumonia.

Kampanye STOP Pneumonia di Masa Pandemi

Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan kampanye STOP Pneumonia. Tak seperti tahun sebelumnya melalui offline, perayaan tahun ini dilakukan secara virtual melalui Zoom pada hari Kamis lalu (12/11). Kegiatan ini dipandu oleh dr. Lula Kamal, M.Sc dan dihadiri oleh:

  • Ibu Wury Ma'ruf Amin (Ibu Wakil Presiden RI) 
  • Bpk. Letnan Jenderal TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K) RI (Menteri Kesehatan RI)
  • mMenteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Ibu. I Gusti Ayu Bintang Darmawati, S.E, M.Si.
  • Ketua TP PKK Pusat: Ibu Tri Tito KarnavianKetua TP PKK Provinsi Jawa Barat: Ibu Atalia Praratya
  • Ketua TP PKK Provinsi Jawa Timur: Ibu Hj. Arumi Bachsin
  • Ketua TP PKK Provinsi Nusa Tenggara Barat: Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah
  • Ketua TP PKK Kabupaten Sumba Barat: Ibu Metty H. W. Monteiro
  • Ibu Selina Patta Sumbung. CEO Save the Children Indonesia.
  • Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA (K), MSi. Dokter Spesialis Anak
  • Atiqah Hasiholan
  • Surya Saputra & Cynthia Lamusu
  • Para orangtua (mantan) anak dengan pneumonia.

dr. Lula Kamal, M.Sc selaku pemandu acara 
(sumber: dokumen pribadi)

Ibu Selina Patta Sumbung. CEO Save the Children Indonesia 
(sumber: dokumen pribadi)

Acara yang berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam ini dibuka dengan sambutan dari Ibu Wakil Presiden, Menkes RI dan Menteri PPPA. Selanjutnya, para Ketua TP PKK menyampaikan kondisi dan peran pemerintah daerahnya dalam mencegah dan menangani kasus pneumonia pada bayi dan balita.

"Sumber daya yang paling berharga bukanlah minyak, tambang atau hasil  bumi. Sumber data paling berharga adalah manusianya. Maka investasi terbesar 30,1% 79,5 juta anak Indonesia. Maka pentingnya pemenuhan hak-hak anak kita demi kualitas sumber daya di masa depan." ungkap Ibu I Gusti Ayu

"Saya menghimbau semua pihak pemangku kebijakan lintas sektor bidang kesehatan dan organisasi masyarakat untuk berkontribusi mencegah pneumonia dengan mengkampanyekan hidup bersih & lingkungan sehat. Keluarga berperan besar dalam menciptakan lingkungan bersih & sehat bagi anak." ujar Bapak Terawan

"Saya mengucapkan terimakasih dan mengapresiasi kepada seluruh tebaga kesehatan dan kader yang telah dan masih memberikan layanan kesehatan & gizi di masa pandemi demi tercapainya tujuan bangsa, mencegah stunting & menyelamtkan semua anak dari penyakit termasuk pneumonia." Ungkap Ibu Wury Ma’ruf Amin

Terawan
Ibu Wakil Presiden & Para Menteri
(sumber: dokumen pribadi)


Sementara pada sesi sambutan dari setiap Ketua TP PKK Provinsi, masing-masing memaparkan Langkah dan upaya provinsinya dalam mencegah dan menangani pneumonia.

PKK
Ibu Ketua TP PKK Provinsi
(sumber: dokumen pribadi)


Pada sesi dr Soedjatmiko, beliau menjelaskan secara gamblang disertai slide bagaimana pneumonia bisa menyerang anak.

dokter anak

Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA (K), MSi

sumber: dokumen pribadi

 

Oh ya, kegiatan ini juga dilengkapi dengan juri bahasa isyarat, jadi tentunya dapat dimengerti oleh kalangan disabilitas sekalipun.

Selanjutnya para selebriti juga menceritakan pengalaman mereka dalam mengasuh buah hati.

"Saya banyak mendapatkan dari stoppneumonia.id. Sejak lahir Salma selalu mendapatkan Imunisasi, ASI eksklusif, MPASI hingga lanjut ASI sampai 2 tahun serta pemenuhan gizi. Kami sekeluarga juga sellau melakukan perilaku hidup bersih."  Atika Hasiholan bercerita.

 

"Salah satu yang menjadi ketakutan nomor satu saat itu adalah kondisi pneumonia. Karena angka kematian bayi yang baru lahir untuk pneumonia, untuk bayi normal saya kami ketahui sangat tinggi, apalagi anak-anak kami lahir prematur jadi betul-betul dijaga." ungkap Chintya Lamusu.



Acara kemudian ditutup dengan berbagi pengalaman dari para orangtua (mantan) anak dengan pneumonia di daerah seperti Bandung dan Sumba. Ada Bu Lia dan Putra anaknya yang di saat usia 6 bulan mengalami gejalan pneumonia. Akhirnya ia diopname selama satu minggu dan tiga kali berturut-turut sampai usianya satu tahun.

"Sekarang kami selalu memperhatikan pola hidup bersih dan sehat, cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan serrta memberikan makanan bergizi,"cerita Ibu Lia.

Tak jauh beda dengan yang dialami Bu Lia, Bu Vika harus menghadapi kenyataan anaknya Lala berusia 8 bulan terkena bronkopneumonia dan harus dirawat di IGD selama tiga hari.

"Kami sungguh bersyukur karena putri kecil kami selamat dari pneumonia dan tumbuh serta berkembang dengan baik seperti anak pada umumnya,"ungkap Ibu Vika.

Ada pula Bu Tita dengan anak pneumonia yang sempat "tak terima" lantaran merasa kondisi rumahnya sehat dan bersih. Ternyata penyebabnya adalah droplet dari orang yang sakit. Memang, penting sekali untuk selalu mengajak anak cuci tangan setelah bermain dan saat di tempat umum.

Jika ketiga cerita di atas dari sudut pandang ibu, selanjutnya ada sesi berbagi cerita dari para ayah dengan anak (mantan) penyintas pneumonia. Ironisnya, para ayah mengakui bahwa mereka adalah perokok dan itulah penyebab sang anak mengidap pneumonia. Semoga tidak terulang kembali, para ayahpun segera tersadar untuk berhenti merokok.

orangtua anak pneumonia
Orangtua Anak Mantan Penyintas Pneumonia
(sumber: dokumen pribadi)


Kesemua pembicara dalam kegiatan ini menekankan pada STOP Pneumonia dan imbauan menerapkannya. Terlebih di masa pandemi seperti saat ini dimana Sebagian besar gejala Covid-19 menyerupai pneumonia. Pun bagi mereka yang terkena pneumonia akan jauh lebih rentan terserang Covid-19. Oleh karenanya pesan kunci STOP Pneumonia dan protokol Kesehatan harus semakin diketatkan.

Tepat pada pukul 15.00, acara ini berakhir. Kegiatan ini terlaksana berkat dukungan dan kerjasama erat antara Kementrian Kesehatan RI, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI dan Pfizer (sponsor).

Siaran ulang perayaan ini dapat dilihat disini.

Peran Pemerintah dan Swasta Cegah & Tangani Pneumonia

Semua anak berhak untuk hidup. Pemerintah perlu memastikan bahwa anak bisa bertahan hidup dan tumbuh dengan sehat (Konvensi Hak Anak Pasal 6). Apalagi anak adalah generasi masa depan yang akan memegang kendali negara. Dalam konteks cegah dan tangani pneumonia pada anak, beberapa hal yang telah dilakukan pemerintah pusat maupun daerah antara lain:

1.    Penandatangann Kerjasama Kementerian Kesehatan  dengan UNICEF untuk pembelian vaksin dan obat yang terjangkau pada tanggal 16  September 2020 termasuk dalam hal ini vaksin PCV untuk Pneumonia

2.    Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor dengan prioritas pada perumusan national action plane for pneumonia and diarhoe (NAPPD dan upaya upaya pencapaiannya.

3.    Peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata

4.    Peningkatan akses, cakupan dan kualitas dari intervensi pneumonia yang komprehensif

5.    Perluasan introduksi imunisasi PCV secara bertahap ke wilayah lainnya di Indonesia

6.    Peningkatan peran serta masyarakat dalam rangka deteksi dini pneumonia. Saat ini fokusnya di Bangkang Belitung dan NTB.

Sedangkan untuk upaya pencegahan pneumonia yang dilakukan swasta khususnya mereka yang bergerak di bidang kesehatan dan anak antara lain mendukung kebijakan pemerintah berupa tenaga maupun dana serta turut membantu menggaungkan pesan kunci STOP Pneumonia.

 

Peran Ayah dalam Cegah Pneumonia

Surya Saputra, ayah dari sepasang anak kembar menyadari betapa pentingnya peran ayah dalam pengasuhan. Mengasuh anak merupakan tanggung jawab ayah dan ibu. Sejak istrinya mengandung, ia selalu memberikan yang terbaik dan membuat sang istri senyaman mungkin. Sampai-sampai dia berdoa agar dirinya saja diberikan ngidam dan mual. And see? Tuhan mengabulkannya.

Agar sang istri mampu memberikan ASI dengan lancar bagi kedua anak kembarnya, ia rutin memijat istrinya, berbagi peran, dan menyempatkan diri untuk quality time dengan anak serta istrinya.

Hal ini dibenarkan oleh sang istri, Cintya Lamusu, Surya adalah sosok ayah yang mudah panik tapi begitu penyayang. Family man, begitu istilahnya.

Dalam videonya, Surya Saputra menyampaikan beberapa pesan untuk para ayah dan calon ayah, antara lain:

·         Ikuti perkembangan anak sesuai tahapnya

·         Mendukung ibu memberikan ASI eksklusif

·         Memastikan anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap

·         Tidak merokok

·         Memastikan kecukupan gizi anak bersama ibu

·         Mengobati anak ketika sakit (membawa ke layanan kesehatan)

 

Apa-apa yang disampaikan Surya tersebut merupakan peran ayah dalam memastikan kesehatan anaknya terutama melindungi dan mencegah dari pneumonia dengan menerapkan STOP Pneumonia.

Penutup

Berdasarkan riset John Hopkins University dan Save the Children menyebutkan, jika tak dicegah, pneumonia akan membunuh 11 juta anak di tahun 2030 nanti. Jangan sampai hal tersebut terjadi. Mari, STOP pneumonia! Tak hanya pemerintah, namun juga peran serta masyarakat termasuk keluarga/orangtua sebagai lini terkecil. Semoga angka pneumonia pada anak dan balita semakin berkurang. Semoga anak-anak Indonesia terhindar dari segala penyakit termasuk pneumonia.



Info selengkapnya mengenai pneumonia dapat diakses di kanal berikut:

Wesbite:  https://stoppneumonia.id/

Instagram: @savethechildren_id

Twitter: @savechildren_ID

 

Referensi:

1.     Booklet World Pneumonia Day

2.     Website STOP Pneumonia

3.     Detik Health

4.     https://www.kemkes.go.id/article/view/20013100002/indonesia-tegaskan-komitmen-pencegahan-pneumonia-di-forum-internasional.html

5.     Dream.co.id

6.     A child dies of pneumonia every 39 seconds from: https://data.unicef.org/topic/child-health/pneumonia/UNICEF/WHO. (2006). 

Pneumonia: The forgotten killer of children. 

 

 



30 komentar:

  1. Saya sadar betapa berbahayanya pneumonia ini. Makanya ketika anak saya lahir, saya segera menjadwalkannya untuk vaksin pneumonia. Tindakan ini sempat dianggap berlebihan oleh teman-teman saya yang anaknya seumuran dengan anak saya, tetapi saya tutup telinga.
    Alhamdulillah, sampai saat ini, berkat vaksin pneumonia, saya percaya diri melihat anak saya tidak pernah kena infeksi saluran napas ini.

    Oh ya, pneumonia itu termasuk infeksi saluran nafas akut lho.
    Pneumonia ini terjadi karena kuman, maka termasuk infeksi.
    Menyerang paru, maka termasuk infeksi pada saluran nafas.
    Dan terjadi cepat dalam kurun kurang dari seminggu, maka termasuk infeksi saluran nafas akut. :)

    BalasHapus
  2. Saya sudah pernah baca nih di artikel lain tentang ini, penyakit pneumonia itu jangan hanya di anggap sepele karena cuman hanya penyakit biasa. Kita juga tetap menjaga kesehatan dan juga harus menjaga pola hidup yg sehat supaya bebas dari berbagai macam penyakit

    BalasHapus
  3. Pneumonia jadi penyakit yang membunuh anak ke 2 di Indonesia. Perlu perhatian, perubahan perilaku dan cara penanganan bagaimana menghindarinya dengan STOP Pneumonia.

    BalasHapus
  4. Kenapa Save the Children pilih Kabupaten Sumba Barat, NTT dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat ya?
    Apa karena pasien pneumonia nya paling banyak ya?

    Nyeremin emang, dalam waktu singkat mengancam jiwa balita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Ambu. Aku masukkan ke artikel juga ya. Terimakasih pertanyaannya :)

      Hapus
  5. Peran ayah juga sangat penting di sini. Memastikan kesehatan, asupan nutrisi, untuk ibu dan anaknya. Semoga dengan banyaknya sosialisasi seperti ini, risiko kematian Pneumonia bisa menurun.

    BalasHapus
  6. Sedih ya bund kalau dengar anak bayi kena penyakit gegara perilaku orang dewasa..si bayi kalau bisa memilih mungkin tidak mau berdekatan dengan orang perokok yang menyebabkan paru2 nya terinfeksi berat ..duh semoga semua perokok sadar ya kalau kegiatan mereka berbahaya untuk si bayi

    BalasHapus
  7. Mengerikan ya memang pneumonia ini. Kasian banget kalau anak-anak yang jadi korbannya. Makanya program imunisasi harus lebih giat lagi, biar penderita pneumonia tidak bertambah lagi

    BalasHapus
  8. Haduuh, kalo denger pnemonia ini, rasanya miris banget, apalagi terjadinya pada anak2 balita .

    Semoga edukasi tentang stop pnemonia ini terus2an disosialisasikan ke seluruh lapisan masyarakat agar tahu cara mengatasinya.

    BalasHapus
  9. Tak hanya peran ibu yang penting untuk mencegah pneumonia anak. Ayah pun memiliki peran yang penting, apalagi jika ayah memiliki kebiasaan merokok

    BalasHapus
  10. Aku paling sebel sama rangorang yang doyan ngerokok di mana aja. Terutama di ruang publik. Kayak mereka aja yang punya tempat. Apalagi kalo pas bawa anak atau ada anak kecil tapi mreka lempeng aja tetep ngerokok. Padahal kan katanya perokok pasif justru berisiko lebih besar terkena penyakit. Apalagi ini anak-anak. Makanya akutu paling alergi bawa anak trus ada yg ngerokok. Seringnya aku tegur lagsubgt orangnya. Peduli amat mau dia marah atau enggak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga genes Mbaak huhu pengennya dikekep aja d smoking area mereka

      Hapus
  11. kondisi rumah dan lingkungan yang bersih memang sebuah kebutuhan mutlak yaa. mungkin kita baru disadarkan kembali tentang hal tersebut setelah adanya pandemi ini, padhl pneumonia dan penyakit bnyk yg jelas membutuhkan kebersihan sebagai salah satu cara untuk menghindarinya ya mbak visya.

    semoga anak-anak sehat selalu, oh iya tetep diupayakan untuk vaksin jg nih bagi yg belum brti yaa.

    BalasHapus
  12. aku kemaren juga ikut zoomnya mbak vis..semoga keluarga dan kerabat2 kita dilindungi dari penyakit ini ya mbak..ayo kita stop pneumonia

    BalasHapus
  13. Saya juga sangat risih jika ada yang merokok terus itu diacara2 hajatan, apalagi buat orang tua yang punya bayi dengan santainya merokok disampingnya. Ternyata bisa juga ya berpeluang kena pneumonia dengan habit buruk seperti itu.

    BalasHapus
  14. Pneumonia ini penyakit yang menakutkan ya mbk. 2 tahun yang lalu aku ngalamin banget, anaskku sakit paru paru. Berat badannya langsung turun drastis, lemas. Akhirnya aku langsung bawa ke rumah sakit, alhamdulillah diobati selama beberapa bulan. Sekarang anaknya sudah sehat, alhamdulillah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Kasihan sama anak yang pneumonia efeknya kemana mana :(

      Hapus
  15. Sampe sekarang saya kesel ngeliat orang yg merokok.. Karena asapnya kan bahaya, saya aja udh dewasa kalo ngehirup asapnya bisa langsung batuk-batuk... Sebisa mungkin ngehindar...

    Tapi gimana anak-anak apalagi masih bayi... Belum bisa ngomong apa yg mereka rasain... Daya imun juga belum sempurna kayak orang dewasa, akibatnya bisa lebih fatal

    BalasHapus
  16. Sedih ya kalo harus sampai anak-anak yg dikorbankan ;( memang butuh kerjasama lingkungan yg baik untuk menciptakan suasana sehat bagi semua. Bersyukur sekali anakku tumbuh di lingkungan sehat tanpa asap rokok setiap saatnya karena ayahnya ga ngerokok ;)

    BalasHapus