Review Buku Anak Juga Manusia:



Semasa single, bisa dibilang aku minim banget ilmu pengasuhan karena merasa "belum waktunya", "masih jauh" dan pikiran lainnya yang serupa. Sampai akhirnya takdirNya menggariskan aku menikah di saat status diri masih sebagai mahasiswi sarjana. Dan ternyata sebulan setelah menikah, aku dinyatakan hamil. Benar-benar langsung praktik jadi orangtua! Meski syukurnya, aku sempat belajar dalam masa penantian lahirnya si bayi lewat membaca buku, mengikuti seminar hingga berkonsultasi dengan mereka yang sudah berpengalaman terlebih dahulu.


Hikmahnya adalah alangkah baiknya belajar dulu meski belum jadi orangtua.

Bicara soal "belajar jadi orangtua", tempo hari aku baru saja menamatkan  buku Anak Juga Manusia. Ada yang pernah baca atau pernah dengar?

Berawal ketika aku nyari buku preloved "Mendidik Anak Laki-laki" ketemulah aku dengan buku ini yang juga preloved. Sebenarnya aku udah dengar soal buku ini sejak 2017 karena kebetulan jadi reseller penerbit ini. 

Akhirnya mulai baca buku ini di bulan April 2021. Dan saking merasa begitu berfaedahnya, buku ini kutamatkan dalam waktu sepekan. Mungkin bagi teman-teman yang lain tergolong lama? Tapi buat buibuk macam aku, termasuk cepat😂

Anak juga Manusia

Spesifikasi Buku


Judul: Anak Juga Manusia

Sub Judul: Jadilah Orangtua Terbaik, Sediakan Hati untuk Anak

Penulis: Angga Setyawan

Penerbit: Noura Books

ISBN: 978-602-385-912-2

Berat: 300 Gram

Halaman: 175

Cetakan I, Mei 2013

Blurb

Anak bukan barang yang kita pesan dari katalog dan disertai buku panduannya. Dia adalah titipan Tuhan dan cc cc sepatutnya diperlakukan dengan baik.

Anak juga bukan robot yang tinggal plug and play. Dia punya hati dan perasaan karena anak juga manusia.

Sesungguhnya, anak tidak butuh orangtua yang sempurna, melainkan teman yang bersedia tumbuh dan belajar bersamanya. Jika orangtua bertambah ilmunya seiring mendampingi anak, akan lebih mudah baginya dalam mendidik anak.

Buku ini ditulis oleh founder @anakjugamanusia yang telah berhasil menggugah ratusan ribu orangtua untuk senantiasa menyediakan diri dan hati untuk selalu belajar menjadi yang terbaik bagi anak. Dilengkapi ilustrasi menarik, dipaparkan lebih dalam, dan diperkaya dengan kutipan renungan, buku ini adalah kado terindah bagi Anda, para orangtua, calon orangtua, dan pemerhati anak.

Sekilas Tentang Buku 

Jika biasanya buku-buku soal pengasuhan ini ada sebagian yang non evergreen alias harus menyesuaikan zaman, tapi tidak dengan buku ini. Meskipun telah terbit sejak 2013 alias tujuh tahun lalu tapi isi dalamnya "evergreen" alias ngga lekang oleh waktu. 

Buku berjumlah 175 halaman ini sebenarnya awalnya merupakan cuitan Twitter penulis. Ya, penulis yang memang praktisi parenting gemar berbagi soal pengasuhan melalui sosial media khususnya Twitter @anakjugamanusia. Sampai akhirnya para pembaca "mendesaknya" untuk menjadikannja dalam bentuk buku.

Penasaran sama isinya?

Diawali dengan prakata, buku ini ditulis dalam bentuk tulisan pendek semacam artikel. Tidak ada penomoran bab. Ada 21 tulisan pendek yang kesemuanya bisa kubilang praktisional dan tentunya menggugah.

Beberapa judul tulisannya antara lain:

  1. Belum Punya Pengalaman vs Sudah Punya Pengalaman
  2. Waktu Berjalan Cepat
  3. Pendidikan Rumah
  4. Kekuatan Kata-kata
  5. The Power of Water
  6. Jika Anak Jatuh Cinta...
  7. Membangun Konsep Diri Positif pada Anak
  8. dan 14 judul lainnya


See, lihat dari judul artikel-artikelnya saja sudah membuat penasaran, bukan? Dan pemaparannya sangat insightful, memberikan perspektif baru, setidaknya bagiku yang fakir ilmu ini.

Format penulisan setiap artikel diawali dengan kalimat penggugah yange sepertinya dulunya merupakan cuitan Twitter @anakjugamanusia.


Dilanjutkan dengan penjelasan lebih lanjut kalimat-kalimat tersebut.


Barulah masuk ke artikel.


Dan ditutup dengan puisi indah nan menggugah.


Setiap selesai membaca satu artikel, aku akan termenung beberapa saat. Untuk apa? Untuk merenungi apa yang disampaikan, hingga akhirnya tergugah. Bahkan pada beberapa artikel aku sampai menitikkan air mata, mengingat kesalahanku sebagai seorang ibu pada anakku, mengingat bahwa tugas mendidik adalah tugas yang "berat" tapi insya Allah surgaNya balasannya.

Tidak hanya tergugah, beberapa artikel juga menyajikan tips yang bukan omongan belaka tapi juga praktisional. Contohnya pada artikel Pertanyaan Unik Anak. Sebagai orangtua, khususnya orangtua dari anak usia balita sampai pra remaja, tentu sering mendapati pertanyaan ini itu dari anak. Orangtua "kolot" biasanya akan marah dan menganggap anak bawel, namun penulis secara praktisional mengajari kita bagaimana mereson pertanyaan anak, termasuk ketika kita benar-benar buntu.

Begitu selesai menamatkan buku ini, satu hal yang secara implisit ingin disampaikan penulis kepada para pembaca khususnya yang sudah berstatus sebagai orangtua: banyak berkaca. Jika anak bersikap buruk/negatif, segeralah berkaca. Jika anak mengucapkan sesuatu tidak baik, segeralah berkaca. Tentunya berkaca dalam arti non harfiah ya, hehe. 

Kita juga diajak untuk selalu berpikir positif tentang anak. Mungkin selama ini kita sering mendengar pernyataan "di dunia ini tidak ada anak yang bodoh/malas". Penulis memperkuat pernyataan tersebut dengan realitas di lapangan serta pemikirannya yang cemerlang. Tanpa terkesan menggurui. Tak cukup berpikir positif terhadap anak, penulis mengajak kita para orangtua untuk memberikan konsep diri positif pada anak. Contoh kecilnya, dengan tidak memberikan cap buruk bagi anak dan selalu mengapresiasi kebaikannya, sekecil apapun. Juga sering-seringlah menyatakan cinta pada anak agar ia merasa berharga dan dicintai. Kita sendiri tentu merasa bahagia bukan dihargai dan dicintai?

Memang tidak ada orangtua yang sempurna, beberapa kali penulis juga menekankan hal tersebut. Bukan dalam rangka membesarkan hati atau bahkan membela para orangtua yang telah melakukan "kesalahan", melainkan pengakuan diri sebagai hambaNya yang tidak sempurna termasuk ketika memikul peran sebagai orangtua. Tidak ada orangtua yang sempurna dan anak-anak juga tidak membutuhkan orangtua yang 

Nyaris semua artikel yang ditulis, memberikan perspektif baru tentang anak bagiku. Entah sudah berapa kali aku sampaikan ini dalam postingan ini, hehe, saking terpesonanya. Terlebih pada artikel berjudul The Power of Water. Semasa SMA aku pernah membaca sekilas buku tentang betapa air bisa bereaksi terhadap kata-kata yang diucapkan padanya. Hebatnya, jika air akan membentuk serupa kristla indah jika diucapkan kata-kata baik. Sebaliknya, air akan seperti bergemuruh ketika diucapkan kata-kata buruk. 

Dalam artikel ini, penulis menyampaikan bahwa anak-anak khususnya usia balita, pada tubuh mereka, 90% terdiri dari air. Sehingga mereka sangat reaktif terhadap apa yang diucapkan di hadap mereka.

"Apa yang kita katakan kepada anak, jika mereka percaya di level bawah sadarnya, tubuhnya yang sebagian besar adalah air akan membentuk struktur yang mengikuti ucapan kita." (Anak Juga Manusia, halaman 43)

Keunggulan Buku

Jika diminta menuliskan keunggulan buku, hmm rasanya banyak bahkan sudah mendekati 99,99% buku sempurna versiku. Sempurna dalam pemaparan, sempurna dalam konten, sempurna dalam PUEBI & EYD (of course, also thank you for the editors) bahkan sampai-sampai sempurna secara fisik. Yang terakhir aku sebutkan ini dalam artian, kavernya cukup menarik dan bukunya bisa dibuka terbuka tanpa harus takut rusak. Entah karena ini buku preloved atau memang bawannya begitu.

Belum lagi, buku ini sudah cetak ulang berulang kali sejak pertama kali terbit di tahun 2013 hingga 2020.

Secara keseluruhan, keunggulan buku ini antara lain:

  • Dilengkapi ilustrasi yang menarik
  • Menggunakan bahasa yang mudah dipahami, tanpa menggurui
  • Berdasarkan pengalaman, tapi juga didukung data di lapangan
  • Tidak hanya artikel, tapi juga ada kata-kata penggugah lumayan buat konten

Kita tidak akan selamanya mendampingi hidup anak(anak) kita. Ada masanya kita harus melepasmereka entah untuk sekolah, bekerja maupun menikah. Tugas kita sebenarnya "singkat" tapi harus dimaksimalkan. Ya tugas kita adalah mempersiapkan mereka untuk kehidupa mandiri kelak. Bukan, bukan secara finansial (belaka) tapi juga spiritual, emosional dan intelektual (ilmu).

Semoga Allah istiqomahkan kita menjalani peran ini dengan sebaik-baiknya untuk mendidik anak-anak kita menjadi anak bahagia dengan memperlakukan mereka sebagai "manusia".



12 komentar:

  1. masuk dalam daftar buku yang harus dibaca nih

    salam semangat mba visya

    BalasHapus
  2. Wah beruntung bisa membaca buku tentang parenting yang bagus. Dulu saya sampai mengumpulkan semua artikel Skg sudah ada buku dengan tips dan segala manfaatnya untuk parenting.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Bu Ina hehe entah nih jamannnya anak-anak saya jadu orangtua kelak, makin canggih pastinya.

      Hapus
  3. Setuju banget dengan apa yang ortu katakan itu selalu ditiru sama anak, anakku gitu kalau aku ngomong hingga nada bicara aja ditiru maka aku harus ngerem jangan sampe nanti anak2 niru yang kurang baik

    BalasHapus
  4. Aku beberapa kali ikit kulwap sama kak angga dan amaze jga dgn pemikiran2 beliau

    BalasHapus
  5. dari judulnya saja sudah kebayang informatif bukunya. Anak juga manusia. kadang kita suka lupa saking sibuknya kehidupan dunnia. Seneng sekarang banyak buku parenting bagus untuk tambahan ilmu pengetahuan orang tua, apalagi kalau ilustrasinya menarik

    BalasHapus
  6. Desain bukunya sangat interaktif. Kutipan-kutipan dibuat seperti dialog form. Padahal target pembacanya dewasa kan ya?

    Dengan desain yang sangat interaktif seperti ini, menurut hemat saya akan membuat mereka yang tidak suka membaca, akan tertarik membaca buku ini

    BalasHapus
  7. Kita memang perlu senantiasa memperbaiki diri dan selalu belajar untuk memahami anak dengan segala keunikannya dan buku ini sangat bagus dan menarik sekali.

    BalasHapus
  8. Aamiin, wah iya, jadi ingat the power of water. Bahkan ada ritual suku di Australia yang meneriaki pohon yang akan mereka tebang dengan kata-kata sarkas agar roboh dengan sendirinya. Anak juga begitu ya mbak, semoga kita dijauhkan dari sikap dan kata-kata kasar ini ke anak..

    BalasHapus
  9. hiks, kalau udah bicara anak, saya sering tenggelam dalam penyesalan

    dulu kok ngga gini kok ngga gitu

    begitulah, nggak ada orang tua yang sempurna

    BalasHapus
  10. Anak juga seperti orang dewasa sama-sama memiliki perasaan dan juga ingin dimengerti, maka jangan biarkan ada kata/perilaku kurang baik terekam ya

    BalasHapus
  11. Pernyataan "Tidak ada orangtua yang sempurna" itu menancap banget ke hati. Apalagi ketika dihadapkan pada pola pengasuhan bisa berakibat pada trauma atau inner child yang luka misalnya. Kita juga nggak tahu mana sikap kita yang mempunyai potensi melukai anak.

    Kalau lihat review mbak Visya, buku ini bagus banget dan cocok buat orang tua yang sedang berusaha membesarkan dan mendidik anak dengan cara yang paling baik. Masuk wish list yang pasti. Ijin share ya mbak.

    BalasHapus