Makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Itulah yang menjadi prinsipku selama ini.
Terlepas dari teren saat ini dimana "pemakan" bisa menjadi profesi seperti food vlogger, foodblogger atau food reviewer, makanan bisa menjadi berkah namun juga bisa menjadi musibah terlebih jika kita tidak bisa mengendalikan diri.
Salah satu "musibah" yang ditimbulkan dari makanan adalah foodwaste. Foodwaste atau sampah sisa makanan sisa sendiri adalah pasokan makanan yang masih dapat dikonsumsi manusia namun secara sengaja dibuang karena sengaja maupun tidak sengaja dirusak atau kadaluarsa.
Sampah makanan juga bisa terjadi akibat kehilangan makanan (food loss) yang disebabkan oleh tidak berfungsinya sistem produksi dan pasokan makanan.
Sampah Makanan di Indonesia, Ini Faktanya!
Sampah makanan di Indonesia tak bisa dianggap sepele. Beberapa fakta tentang sampah makanan di Indonesia berhasil membuatku tercengang. Apakah kamu juga demikian?
Yuk simak apa saja sih fakta sampah makanan di Indonesia?
1. Setiap orang menghasilkan sampah makanan 300kg/tahun
Data dari foodsustainability.eiu , setiap orang Indonesia berkontribusi menciptakan sampah makanan hingga 300kg per tahun. Sungguh ironis mengingat tak sedikit juga masyarakat Indonesia yang sulit mendapatkan makanan yang bernutrisi.
2. Indonesia menghasilkan sampah makanan hingga 13 juta ton per tahun
Kepala Perwakilan Badan Pangan PBB (FAO) menyatakan, sampah makanan di Indonesia mencapai 13 juta ton setiap tahun. Rumah tangg, jasa katering, dan restoran menjadi sumber yang mendominasi. Penyebab utamanya akibat penyediaan makanan yang berlebihan dan sisa dari konsumsi. Jumlah ini meningkat ketika Ramadan. Bahkan, berdasarkan data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta, total sampah di ibu kota naik hingga 6900 ton pada minggu pertama Ramadan. Kok bisa?
Salah satu faktor penyebabnya adalah pembelian makanan dalam jumlah besar dan sisa konsumsi berlebih, yang biasa disebut impulsive buying. Membeli dalam keadaan berpuasa (lapar), jauh di atas kebutuhan.
3. Sampah makanan dalam setahun, jika dikelola dengan baik bisa untuk konsumsi 28 juta orang
Jika dikelola dengan baik, 13 juta ton sampah makanan bisa setara dengan makanan yang bisa dinikmati oleh lebih dari 28 juta orang lho. Yang mencengangkan lagi, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, jumlah ini hampir sama dengan populasi penduduk miskin di Indonesia!
4. Indonesia menduduki posisi kedua sebagai negara penghasil sampah makanan terbanyak di dunia
Data ini didapatkan dari Economist Intelligence Unit (EIU) pada tahun 2016, Indonesia menduduki posisi nomor dua penghasil limbah makanan terbanyak di dunia setelah Saudi Arabia. Pola konsumsi yang buruk sehingga setiap tahun menyebabkan sampah makanan semakin meningkat.
5. Jakarta menjadi penyumbang sampah makanan terbesar
Jakarta sebagai ibukota negara nyatanya memproduksi hampir 7500 ton sampah per harinya. Lebih dari setengahnya merupakan sampah organik seperti sisa makanan dan sisa bahan pangan. Jika tidak ditanganu dengan baik, diprediksi sampah di Jakarta akan meningkat hingga 9000 ton per hari pada 2025.
6. Jika dirupiahkan, sampah makanan setara dengan Rp27 triliiun
Data dari BPS pada 2017 menunjukkan bahwa sampah makanan yang terbuang jika dirupiahkan senilai dengan 27 triliun rupiah. Di satu sisi Indonesia masih mengimpor sampah organik dari luar negeri untuk penggunaan beternak. Padahal jika sampah makanan dalam negeri dikelola dengan baik, kita bisa menghemat sekitar 27 triliun rupiah!
7. Ketersediaan pangan di Indonesia semakin rentan
Ketersediaan pangan di Indonesia semakin rentang. Hal ini terjadi karena alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, mall dan pabrik semakin meningkat. Tak hanya itu, mungkin sebagian besar dari kita sudah tidak asing dengan fakta soal impor makanan dari negara luar. Ini jelas menunjukkan bahwa Indonesia darurat sumber pangan. Di sisi lain, banyak yang berlebihan dan akibatnya harus membuangnya.
Bagaimana respon kalian setelah membaca fakta-fakta di atas? Sudah cukup terenyuh kah?
Aku pribadi sangat terenyuh. Fakta-fakta di atas juga lah yang akhirnya menggerakkan aku untuk lebih awal soal sampah makann hingga akhirnya mulai menerapkan gaya hidup minim sampah makanan. Peristiwa Leuwigajah menambah daftar alasanku menerapkan gaya hidup minim sampah makanan.
Fenomena Ledakan TPA Leuwigajah
Sebagian dari kita mungkin sudah tidak asing dengan fenomena ledakan sampah di TPA Leuwigajah, tempat pembuangan akhir sampah yang ada di Kota Cimahi. Peristiwa memilukan itu terjadi pada tahun 2005. Gunungan sampah menjulang setinggi 60 meter dan selebar 200 meter itu, entah kapan akan berkurang atau bahkan menghilang. Hingga akhirnya sampah-sampah ini "mengamuk" dan memakan korban.
Saat itu, 21 Februari 2005, hujan terus mengguyur wilayah Cimahi. Tiba-tiba terdengar ledakan keras dari gunungan sampah, diikuti dengan longsoran sampah yang langsung menyapu Kampung Cilimus dan Kampung Pojok. Tercatat 157 jiwa melayang, tentu saja mereka adalah para warga di sekitar TPA yang sebagian besar menggantungkan hidup di TPA.
TPS Leuwigajah sebelum tragedi (sumber: Humas Kota Bandung) |
Pada peristiwa TPS Leuwigajah terjadi ledakan sampah akibat timbunan gas metana (CH4) dari sampah organik yang terbuka bahkan tertutup rapat, ditambah hujan yang terus turun. Sampah-sampah organik ini juga tercampuraduk dengan sampah anorganik bahkan hingga benda berbahaya seperti beling. Semua karena tidak adanya proses pemilahan dan pengelolaan sampah dengan bijak.
Enam belas tahun sudah peristiwa tersebut berlalu, tapi siapapun yang mendengarnya, terutama mereka yang sudah memilki kesadaran terhadap sampah, tentu akan terenyuh dibuatnya. Termasuk aku, pertama kali mengetahui lebih dalam tragedi TPA Leuwigajah membuatku semakin sadar pentingnya pengelolaan sampah dengan bijak. Tragedi TPA Leuwigajah menjadi sejarah dalam isu lingkungan di Indonesia bahkan mungkin di dunia. Tentu, tidak ada yang mengharapkannya terulang kembali, tidak juga kita, bukan?
Sampah makanan memang merupakan masalah. Namun akan lebih menjadi masalah jika dibuang sembarangan, terlebih jika dicampurkan dengan sampah anorganik dan dibuang ke TPS/TPA. Bukan tidak mungkin tragedi Leuwigajah akan terulang kembali, sesuatu yang tentunya tidak kita harapkan.
Nah, berikut ini beberapa bahaya dari sampah makanan yang perlu kita ketahui dan renungkan:
- Sumber penyakit
- Kerusakan tanah jika dibuang begitu saja
- Ledakan sampah jika terus tertumpuk
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalisasi atau bahkan mencegah sampah sisa makanan?
Related Post: Hijrah Sampah, Bijak Kelola Sampah Mulai dari Rumah
Gaya Hidup Minim Sampah dengan 4M
Sebagai ibu rumah tangga, aku punya peran dalam hal perdapuran, mulai dari memutuskan pembelian bahan pangan, memasak hingga mengatasi sampah makanan. Umumnya produksi sampah makanan di rumah kami berasal dari sisa potongan sayuran/bumbu ketika memasak dan sisa makanan yang basi (tanpa disengaja) maupun kadaluwarsa.
Aku mulai menerapkan gaya hidup minim sampah termasuk gaya hidup minim sampah makanan di rumah. Gaya hidup minim sampah makanan adalah perilaku berkesadaran dalam memproduksi, makan dan mengolah sisa makanan yang ada sebagai upaya menjaga bumi.
Aku terbiasa melakukan 4M dalam menangani sampah sisa makanan.
1. Minimalisasi
Untuk meminimalisasi ada beberapa hal yang aku lakukan sebagai upaya pencegahan maupun pengurangan antara lain:
Memperhatikan tanggal kadaluwarsa
Setiap kali membeli makanan/minuman berkemasan, aku selalu memperhatikan tanggal kadaluwarsa. Jika untuk konsumsi berkali-kali maupun sekali konsumsi, aku memilih yang tanggal kadaluwarsa nya lama.
Secara berkala aku juga memeriksa tanggal kadaluwarsa makanan di rumah. Menaruh makanan di tempat yang mudah terlihat juga meminimalisasi kemungkina kita "lupa" terhadap makanan/minuman tersebut.
Berbelanja Sesuai Kebutuhan
Bagi ibu rumah tangga atau yang bertanggungjawab terhadap dunia perdapuran rumah tangga, kita harus mengetahui porsi makan masing-masing anggota keluarga. Berbelanja sesuai kebutuhan artinya sesuai jumlah dan porsi makan masing-masing anggota keluarga.
Menyimpan dengan Benar dan Baik
Saat ini semakin marak informasi seputar food atau meal preparation yang diartikan sebagai metode menyiapkan makanan dalam wadah, sehingga jika saat memasak tiba, kita tinggal.
Kita tidak harus melakukan food/meal preparation dengan membeli beragam wadah astetik, gunakanlah wadah yang baik. Bukan soal adahnya, namun bagaimana cara menyimpan bahan pangan yang benar dan baik untuk meminimalisasi busuk atau rusak sehingga kita juga ebrkontribusi meminimalisasi sampah dari bahan pangan.
Ambil Makan Secukupnya dan Habiskan Makananmu
Ambillah porsi makan secukupnya. secukupnysecukupnya. Sebisa mungkin hindari makan di saat sangat lapar karena bisa memicu kita mengambil banyak makanan, melebihi kebutuhan kita.
Makananmu tanggungjawabmu.
Setelah mengambil porsi makan, habiskan makananmu. Jika pada akhirnya kamu tidak bisa menghabiskannya, hindari membuangnya begitu saja. Pastikan juga makanan di rumah yang dimasak atau dimiliki habis. Kamu bisa membagikannya pada tetangga dekat jika dirasa berlebih.
Kembali lagi, mencegah lebih baik daripada mengobati. Itulah mengapa penting mengebali porsi makan setiap anggota keluarga termasuk diri sendiri. Masaklah dan makanlah sesuai kebutuhan.
2. Memilah/Memisahkan
Sampah organik terutama sisa potongan sayur memang ngga bisa di-nol-kan banget. Jika pada akhirnya kita memproduksi sisa potongan sayuran/pangan, yang perlu diingatkan dan dilakukan, jangan pernah mencampurkan sampah organik dengan sampah anorganik apalagi sampah B3 (residu).
Pilahlah sampah organikmu. Smapah organik sendiri terbagi menjadi dua yaitu:
- sampah organik kering seperti kulit bawang, kulit jagung dan lain sebagainya
- sampah organik basah seperti makanan yang sudah diolah, sisa potongan sayuran dan lain sebagainya.
Setelah dipilah, lalu bagaimana?
Ada dua pilihan: mengolah sendiri atau mengirimnya ke pihak pengelola.
3. Mengolahnya
Mengirimnya ke pihak pengelola
Jika kita belum bisa mengolahnya sendiri, no worries. Saat ini sudah mulai banyak bermunculan pihak pengelola sampah termasuk sampah organik. Umumnya mereka menawarkan jasa jemput sampah di rumah. Kamu hanya perlu memilah sampah organikmu dan memberikan pada pengelola ketika mereka datang ke rumahmu. Ada sebagian pengelola yang akan memberikan kembali daam bentuk pupuk cair.
"Berbayar?"
Beberapa ada tarif flat-nya, beberapa mengenakan biaya sukarela. Menurutku ini jauh lebih solutif dan membantu, dibandingkan dibuang begitu saja apalagi dicampur dengan sampah anorganik.
Mengembalikan ke Tanah dengan Cara yang Baik (Composting)
Pada dasarnya makanan yang kita makan berasal dari tanah, maka sebaiknya dikembalikan ke tanah dengan cara baik. Ada dua cara mengembalikan sampah makanan dengan cara yang baik, kembali ke tanah yaitu memasukkannya ke lubang biopori dan mengomposnya.
Mengolah Kembali Makanan Sisa Menjadi Menu Baru (Recook/Reinvent)
Salah satu jenis sampah makanan adalah sisa makanan jadi. Sebagian ada yang sudah basi, namun ada juga yang masih bagus tapi lantaran enggan dimakan alhasil terbuang begitu saja.
Untuk sisa makann jadi yang masih bisa dimakan, kamu bisa mengolahnya kembali menjadi menu baru guna menghindari kebosanan dan menciptakan variasi menu baru. Beberapa contoh reinvent makanan antara lain:
- sayur ketupat menjadi lontong isi sayur ketupat
- tumis capcai menjadi omelet atau fuyunghai
- nasi sisa menjadi kroket nasi atau bakwan nasi
- sayur sop sisa, isinya menjadi isian bakwan
Mengolah Kembali Potongan Sayur/Bahan Pangan
Potongan sayur maupun kulitnya adalah produksi sampah organik yang tidak bisa dihindari. Selain dikirimkan ke jasa pengelola sampah organik, kamu juga bisa mengolahnya sebelum benar-benar dibuang. Beberapa pemanfaatan sampah organik antar lain:
- kulit bawang dimasak menjadi kaldu
- kulit semangka diolah menjadi selai
- kulit pisang direndam dan rendamannya untuk menyiram tanaman.
|
Memasak Kaldu dari Potongan Sayuran (Sumber: dokumen pribadi) |
Menanam Kembali (Regrow)
Beberapa jenis bahan pangan bisa didapatkan hanya dengan menanam kembali potongan bahan pangan tersebut, tanpa harus memulainya dari bibit atau biji.
Beberapa bahan pangan yang bisa ditanam kembali antara lain:
- daun bawang dengan memotong bagian bawah sepanjang kurang lebih 8 cm, rendang akarnya dalam air. Ganti sehari sekali dan sirami dengan cahaya matahari cukup
- wortel dengan memotong abgain pucuknya kurang lebih 3 cm. Rendam dalam air 2-3 cm. Setelah beberapa hari, pindahkan ke media tanam seperti tanah.
4. Mengedukasi
Di era digital seperti saat ini, ajakan untuk berbuat kebaikan ataupun edukasi hal-y positif rasanya lebih mudah disebabkan termasuk edukasi soal gaya hidup minim sampah makanan.
Kita bisa menggunakan platform blog , Instagram maupun Facebook berbentuk visual dsn tulisan. Kita juga bisa memanfaatkan media video dengan YouTube atau bahkan audio lewat podcast.
Tidak perlu menunggu hebat untuk mulai mengedukasi. Tidak perlu judgement atau paksaan. Kita bisa mulai dengan menceritakan apa yang sudah kita lakukan sebagai bagian dari gaya hidup minim sampah makanan. Siapa tahu segelintir dari banyaknya yang membaca, menonton atau mendengarkan, bisa mengambil inspirasi dan motivasi.
Kamu juga bisa ikuti akun sosial media yang bijak menyuarakan gaya hidup minim sampah makanan seperti @bandungfoodmsartcity.
Gaya Hidup Minim Sampah Makanan, Cara Keren Jaga Bumi dan Diri
Menerapkan gaya hidup minim sampah makanan nyatanya punya beragam manfaat antara lain:
- Menghindari pembusukan dan bau
- Mendukung ketahanan pangan
- Meminimalisasi sampah makanan
Tentang Bandung Food Smart City
Kota Bandung merupakan pioneer dalam hal manajemen sampah di Indonesia. Bandung dikenal sebagai pioneer zero waste cities dengan kehadiran banyak bank sampah serta edukasi bagi para petugas sampah. Tak hanya itu, Bandung juga belakangan ini menginisiasi Bandung Food Smart City sebuah gerakan mewujudkan dan mengedukasi masyarakat kota Bandung untuk melakukan gaya hidup minim sampah makanan. Fakta-fakta seputar sampah makanan yang sudah dipaparkan di atas menjadi alasan kehadiran Bandung Food Smart City ini.
Tagline yang diusung yaitu #AmbilMakanSecukupnya mengajak kita, tidak hanya warga kota Bandung, untuk meminimalisasi sampah lingkungan dimulai dengan mengambil porsi makan secukupnya, tidak berlebihan. Tentu kita sendiri yang tahu seberapa porsi kebutuhan makan kita.
Makanlah saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang.
Tak hanya berdampak bagi lingkungan, kampanye #AmbilMakanHabiskan juga secara otomatis berdampak bagi kesehatan kita. Makan secukupnya dan tidak berlebihan memberikan waktu bagi pencernaan untuk memproses makanan dengan normal. Sebaliknya, makan berlebihan sampai kekenyangan, membuat pencernaan "bekerja rodi" dan beristirahat lama.
Tagline lainnya yaitu Save The Food, yang mengajak masyarakata untuk menyelamatkan makanan dengan menerapkan gaya hidup minim sampah dan kembali lagi ke tagline pertama #AmbilMakanHabiskan.
Bandung SMart Food City secara berkala mengadakan beragam program edukasi pada masyarakat mulai dari anak-anak hingga dewasa. Beberapa programnya antara lain:
1. Food racing
Kampanye melalui games yang kami beri nama “Food Racing” ini dilakukan ke beberapa sekolah di kota Bandung. Permainan ini pertujuan memberikan penyadaran terhadap kaum muda (kaum milenial) bahwa belanja makanan itu harus bijak dan memberikan penyadaran juga bahwa makanan yang tersisa di piring atau minuman yang tersisa di gelas minuman kalian itu berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar dan bahkan berdampak buruk bagi bumi.
2. Food sharing
Bandung Food Smartcity bekerjasama denga pemerintah kota Bandung dan Forum Badami hadir memberikan solusi yaitu Badami Food Rescue, program berbagi makanan hasil dari surplus makanan, waste makanan dan donasi fresh makanan untuk mereka yang membutuhkan.Urban farming atau pertanian kota sebagai salah satu solusi yang potensial atas keterbatasan lahan di perkotaan membuat ruang terbuka hijau dan lahan produktif untuk menanam
Info selengkapnya seputar gaya hidup minim sampah makanan bisa kamu dapatkan melalui kanal dan sosial media Bandung Food SMart City
Website:https://bandungfoodsmartcity.org/
Lokasi : Gedung 3 FISIP UNPAR, Jl. Ciumbuleuit No. 94, Bandung
Referensi:
- Kompas.com
- DBS
- Skripsi "Hubungan Antara Isu Mengenai makanan Sisa dengan Generasi Z di Wilayah Tangerang, Gading Serpong, Karawaci, dan BSD" Universitas Pelita Harapan
"Makan secukupnya dan tidak berlebihan memberikan waktu bagi pencernaan untuk memproses makanan dengan normal".. Kutipan ini yg saya suka kak, makanlah secukupnya agar mudah di cerna...
BalasHapusUntuk mengenai sampah saya sepakat menerapkan 4M didalam lingkungan sekitar agar tetap bersih, aman dan segar...
Aku juga udah mulai regrow nih daun bawang sama sereh. Dan mau cobain bikin kompos dari sisa makanan nih.
BalasHapusWow, sampah makanan aja kalo dirupiahkan bisa sampe 27 triliun, speechless.
BalasHapusBtw, ku tertabok sama tulisannya, kadang suka masih kalap kalo belanja sayuran dan nyetok di kulkas, dan sampe kering karena ga dimasaaak.Huhuu..
MAkasih sudah reminder.
food waste lebih banyak dihasilkan penduduk perkotaan ya?
BalasHapusDi kota, uang mudah dicari, tapi mudah juga dihabiskan termasuk dalam bentuk food waste
waktunya kembali ke kearifan lokal dan norma agama
Gaya hidup makan tanpa meninggalkan sampah sangat penting sekali.
BalasHapusTips banyak untuk mengonsumsi makanan secukupnya, juga untuk mengolah kelebihan sampah dari sisa makanan. Thanks infonya
Benar Bu, memang perlu diperhatikan dan adanya kesadaran dari kitanya juga ya
HapusPemanfaatan sisa sampah makanan untuk hak yang lebih positif dan sedikit banyak bisa membantu dalam menjaga lingkungan.
BalasHapusNah, betul Sampah sisa makanan sebetulnya masih dapat kita manfaatkan. Salah satu cara terbaik adalah memanfaatkannya menjadi pupuk kompos.
masya ALlah bunda visya mah istiqomah banget soal minim sampah ini. aku juga suka recook tumis2 sayur buat isi martabak, atau sisa telurnya di dadar.
BalasHapusBanyak hal baik yang bisa dilakukan mulai dari rumah ya. Dimulai dari yang kecil, mulai dari sekarang!
BalasHapusaku baca hasil riset itu berkali kali itu merasa berdosa banget, apa kita nggak perlu makan aja ya biar nggak menghasilkan sampah yg merusak bumi, hiks. tapi ga mungkin lah ya. Makanya setuju bgt sama konsep yang dipaparkan mba visya, secukupnya saja. Alhamdulillah udah jarang bgt menghasilkan sampah makanan dan udah mulai kompos juga nih.
BalasHapusSetuju bgt aku ini mba, aku baca ini jadi semangat buat memulai dan menggiatkan kembali mengenai pengelolaan sampah makanan, biar semuanya bisa dimaksimalkan.
BalasHapusKebetulan di rumah juga punya green house untuk berbagai tanaman hias. Nah, sisa makanan dan sampah organiknya diolah jadi kompos. Lumayan menghemat.
BalasHapus"Makananmu tanggungjawabmu."
BalasHapusBetul sekali Kak. Aku juga kalau masak secukupnya saja. Ke pasar beli bahan pokok membawa tas sendiri jadi meminimalkan penggunaan plastik juga. Semoga kedepannya semakin banyak yang aware soal sampah ini. Jika semua masyarakat sadar akan hal ini, sungguh indah negara kita :)
Pasti di kota pun akan terlihat bersih.
Sayang banget sih kalau misalnya kita membuang sisa makanan karena merasa kekenyangan atau tidak suka, menurut saya kalau buang sisa makanan malah lebih menngeluarkan bau yang gak enak dibanding sampah biasa.
BalasHapusLebih baik jika ada beberapa sisa makanan yang gak dimakan, sebaiknya segeralah habiskan dengan cepat atau simpan ke tempat yang sejuk dan aman agar besoknya bisa dilanjutkan mengahbiskan sisa makanan yang kemarin lagi.
Tetapi tergantung sih karena beberapa makanan punya waktu kapan kadaluarsanya masing-masing :)
Semangat terus mengedukasi mengenai perilaku hidup minimalis ya, Mbak. Aku belajar banyak dan dibukakan banyak hal penting dari tulisan kamu :)
BalasHapusHal sederhana mengurangi sampah yaitu bawa keranjang atau kantong sendiri kalo mau belanja. Entah itu ke pasar atau minimarket, hehe
BalasHapusNah di kampung seberang aku ada bank sampah lho, rapi banget..Kebayang 2025 sampah Jakarta makin banyak. Alhamfulillah aku secukupnya aja semua..itung itung mengurangi sampah.
BalasHapusSSampah memanglah mba butuh pe gelolaan yang benar benar teroganisir. Meskipun di lingkugan kita beres ya masalah samapah, tapi di TPA Juga kalau gak dikelola lagi bisa berakibat buruk. Bagus juga nih terapkan pola hidup minim sampah dimulai dari setiap keliarga masing-masing.
BalasHapusFakta ttg sampah ini bener2 miris. Aku sampe bingung juga mau ngapain klo liat sampah numpuk di tempat pembuangan sampah. Semua org memang hrs sadar diri biar gak melakukan hal2 mubazir terus.
BalasHapusMasih PR banget buat aku dalam menyimpan bahan makanan dengan baik agar nggak rusak, terutama makanan segar seperti sayur dan buah sebenarnya. Sebab kadang kalau sudah beli, sudah diatur biar nggak mubadzir, kadang ada rejeki lain yang datang dan mendadak bingung menghabiskan yang mana duluan.
BalasHapusRasanya miris ya, ternyata negara kita termasuk negara yang banyak sekali menghasilkan sampah makanan padahal do luaran banyak juga yang sulit mendapatkan makanan yang layak.
Iya daku juga gak nyangka fakta sampah sisa makanan, kudu ada pembenahan dilakukan mulai dari diri kita
BalasHapusSoal zero waste aku sering intip postingan Siska Nirmala di IG nya. Memang hidup minim sampah belum sepenuhnya aku lakuin, masih jauh malah. Semoga aja konsisten.
BalasHapusMembayangkan bumi bebas sampah, pasti terlihat bersih dan indah. Tapi memang sulit ya, apalagi menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk disiplin mengelola sampah. Tapi apapun caranya bukan tak mungkin khan ...
BalasHapusKalau soal makanan aku sekarang ga banyak menu yang dimasak, dan memang masaknya yang simpel biar ga banyak sampah. Kadang masak nasi aja secukupnya. Kalau laper kita makan buah.
BalasHapusMiris memang kalau makanan dibuang-buanh. Apalagi fenomena all u can eat bikin sebagian orang ambil makanan banyak tanpa dihabiskan. Eh berujung ke tempat sampah ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
BalasHapusAlhamdulillah, space kecil di rumah juga saya tanami loncang hasil sisa dapur mba. Dan pupuknya sempat bikin sendiri tapi enggak berhasil waktu itu
BalasHapussave the food, jadi ketampar nih diri sendiri
BalasHapuskarena dulu kalau makan dan kalau ga cocok suka ga habis. dan kalau ketahuan ortu jelas dimarahi. Jadi sekarang kalau makan biasanya dikit dikit dulu ambilnya