Dini Fitria. Nama itu aku tidak asing di telingaku. Aku pertama kali mengenal sosoknya saat menonton salah satu program di stasiun TV yang aku tonton. Senyum khasnya dan pembawannya membuktikan bahwa beliau sangat berpengalaman di dunia jurnalis.
Hingga akhirnya salah seorang bloger senior yang aku kenal, Teh Ani, mengundangku hadir ke acara yang diadakan beliau. Acaranya tidak jauh-jauh dari dunia kepenulisan. Qadarallah aku berhalangan hadir meski saat ingin, karena ada kejadian tidak terduga.
Di dunia digital seperti saat ini rasanya segalanya adalah sebuah keniscayaan. Singkat cerita aku bisa menjalin koneksi dengan Mbak Dini meski baru sekadar dunia maya. Lalu tempo hari di bulan April 2021 aku mengundang Mbak Dini untuk berbagi dengan teman-tema @bukuberjalan.id seputar penulisan fiksk. Disitu beliau cerita tentang calon novel terbarunya, Kekasih Semusim.
Ada kisah cintanya, ada sisi nasionalismenya juga.
"Wah terus benang merahnya dimana? Trus kenapa judulnya Kekasih Semusim?"
Sukses membuatku penasaran! Akupun menghitung hari sampai akhirnya novel tersebut selesai cetak dan siap kubaca.
Sinopsis
Kanaya berusaha menyembunyikan hubungan asmaranya dengan sang kekasih. Ia tahu, kalau ibunya selalu bereaksi berlebihan setiap kali mendengar dirinya dekat dengan lelaki. Dalam sebuah perjalan ke Eropa, Kanaya diam-diam bertemu dengan kekasihnya. Perasaannya terhadap sang kekasih semakin dalam, namun ia merasa hubungan mereka tanpa kepastian. Akankah hubungan mereka bertahan lebih dari semusim?
Blurb
Kanaya cukup yakin, Reno adalah pria yang mampu membahagiakannya. Ia tak peduli dengan omongan orang-orang soal dirinya yang dianggap sugar baby atau nasihat teman-teman baiknya yang berharap Kanaya memutuskan hubungan. Tapi, layakkah is mengabaikan segalanya demi mendapatkan status sebagai kekasih Reno?
Nina tahu kebahagiaan baginya adalah dengan menjamin kehidupan putrinya. Ia telah bertekad untuk membuat Kanaya menjalani hidup dengan lebih baik dan menjauhkan putrinya dari penyesalan karena cinta. Sayangnya, Kanaya terlalu sibuk "bersembunyi" darinya.
Sebuah perjalanan menggali masa lalu membuat Kanaya dan Nina semakin terbuka. Di tengah musim semi itu. Dalam aura magis Praha, mereka bertemu dengan guru kehidupan. Para pria yang mengajarkan keduanya makna cinta dan melangkah mundur untuk kebahagiaan dengan cara yang berbeda.
Di sesi berbagi tempo hari Mbak Dini juga bercerita bahwa proses penulisan buku ini memakan waktu hingga dua tahun. Waktu yang sangat matang dan pastinya menantang untuk sebuah mahakarya. Aku pribadi menghabiskan novel berjumlah 412 halaman ini dalam dua hari saja, sebuah rekor membaca untuk seorang ibu sepertiku. 😅
Ada 38 bab yang mengisi novel yang terbit akhir April 2021 ini. Sebagian besar ceritanya diadaptasi dari kisah nyata yang didapatkan penulis dari sumber terpercaya, tentunya dengan beberapa penyesuaian. Begitulah ciri khas tulisan Dini Fitria, menulis berdasarkan pada apa yang dialami.
- Cinta Pertama
- Kabar Angin
- Waktu yang Mengambang
- Tertikam Belati
- Eropa di Pelupuk Mata
- Seratus Menara
- Kepastian Astronomi
- Cinta yang Nisbi
Kekasih Semusim, membacanya membuatku bisa meresapi apa yang dirasakan Kanaya, Nina, Eyang Yono bahkan Reno.
Cerita bermula dari kisah seorang gadis bernama Kanaya yang selalu merasa terkungkung dengan aturan ibu tunggalnya, Nina, yang overprotective terhadap dirinya. Sikap overprotective itu terutama ditunjukkan dengan larangan Kanaya berhubungan dengan lelaki manapun. Di satu sisi Nina begitu sibuk bekerja sehingga tidak bisa memenuhi waktu bersama anaknya.
Nina adalah seorang penulis. Sedangkan Kanaya selain sebagai mahasiswi, juga sebagai influencer hits yang mencari penghasilan lewat pekerjaan sosial media
Ada pula Reno, seorang laki-laki setengah baya dengan status pebisnis sukses dan harta bergelimang namun "haus cinta".
Keadaan-keadaan maupun karakter tokoh di atas rasanya begitu mudah kita jumpai di dunia nyata atau bahkan di sekitar kita.
Sementara itu Eyang Yono hadir sebagai seorang diaspora yang selain punya cerita sejarah dan nasionalisme, juga menyimpan cerita cinta masa lalu. Mungkin bagian inilah yang bisa dibilang jarang kita temukan sehari-hari namun bisa kita temukan dalam novel Kekasih Semusim.
Klimaks terjadi ketiga ke-empat tokoh bersama-sama berada di Eropa untuk alasan yang berbeda.
Kekasih Semusim, sebuah novel roman yang juga sarat soal nilai-nilai nasionalisme.
Kekasih Semusim adalah novel ke-empat yang Dini Fitria tulis setelah sebelumnya beliau menulis Trilogi Cinta (Islah Cinta, Hijrah Cinta & Muhasabah Cinta). Aku pribadi sudah membaca Islah Cinta dan sangat terkesan dengan cerita, juga penggambaran suasananya.
Jika ketiga novel sebelumnya merupakan novel roman dengan balutan nilai-nilai Islami, kali ini Dini Fitria hadir dengan novel bergenre roman - nasionalis. Kurang lebih begitu, jika aku tak salah mengkategorikannya. Penulis berusaha menyampaikan sebuah fakta sejarah dengan menghadirkan tokoh Eyang Yono. Sst, ini fakta yang benar-benar nyata lho! Yap, tokoh Eyang Yono benar-benar ada dalam kehidupan nyata dan merupakan inspirator bagi Dini Fitria menulis novel ini.
Siapapun yang membaca bagian fakta sejarah ini rasanya akan dibuat geram sekaligus haru. Aku pribadi jujur tak bisa membayangkan jika berada di posisi Eyang Yono yang tidak diakui oleh negara sendiri saat itu.
Nyatanya, hal itu benar adanya. Namun seolah tak ingin straight to the point, penulis membumbuinya dengan perjalanan panjang cinta hingga akhirnya pembaca mulai menebak dimana letak "segitiga cinta" tersebut. Setiap membaca bab demi bab, aku seperti dibuat penasaran untuk terus membaca dan membaca.
Ada beberapa scene yang membuatku terenyuh, khususnya scene antara ibu dan anak gadisnya. Scene pertama saat mereka berjalan bersama di Wallenstein Palace. Membacanya membuatku membayangkan adegan hangat ibu dan anak tersebut. Scene kedua saat Kanaya dan Nina bicara dari hati ke hati di Taman Letna, adegan yang begitu menyentuh.
Ada pula adegan Kanaya berjalan-jalan seorang diri menikmati Cesky Krumlov.
Adegan selanjutnya saat Nina mewawancarai Eyang Yono tentang sejarah masa lalu yang ditutup dengan pertanyaan "Masih banyakkah luka yang tersisa dalam hati Eyang, dan belum termaafkan?" Dan Eyang Yono memilih memaafkan. Bukan untuk orang lain tapi terutama untuk kedamaian. dirinya sendiri.
Oh ya, topik pembahasan Nina dan Eyang Yono tak melulu soal sejarah lho, tapi juga soal can yang akhirnya memberikan pemahaman baru bagi Nina.
Kekasih Semusim, sebuah kisah tentang cinta perempuan & laki-laki, juga kisah seorang diaspora "terbuang".
Mengkombinasikan nilai sejarah dan kisah cinta adalah satu hal yang bisa dibilang tak banyak penulis bisa lakukan tapi Dini Fitria, yang sudah malang melintang di dunia jurnalis dsn fiksi bertahun-tahun mampu lakukan.
Kekasih Semusim, membacanya seperti diajak penulis menjelajahi negeri-negeri di Eropa lewat kata dan imajinasi.
Selain suka menulis, Dini Fitria juga suka traveling. Tak heran jika di novel-novel sebelumnya termasuk Kekasih Semusim, beliau selalu mengambil latar tempat yang dikunjungi penulis. Membaca Kekasih Semusim, kita tak hanya membaca pesan tapi juga seperti diajak berjalan-jalan mengikuti para tokoh mengelilingi Eropa. Wawasan pembaca akan diperkaya dengan nama-nama tempat di negara tersebut. Benar benar merealisasikan "buku adalah jendela dunia".
Novel Kekasih Semusim ini cocok untuk dibaca seorang ibu dengan anak gadis. Novel Kekasih Semusim ini cocok untuk dibaca seorang gadis yang beranjak dewasa. Novel Kekasih Semusim ini cocok untuk dibaca siapapun yang ingin mendapatkan pesan moral cinta dan sejarah serta dibawa berjalan-jalan oleh penulis!
Eh iya, penasaran kenapa judulnya Kekasih Semusim? No worries, rasa penasaranmu akan terjawab ketika sudah membaca novel ini. Buku ini bisa didapatkan melalui Falcon Publishing. 100% royalti penulis akan digunakan untuk pembangunan studio baca di daerah terpencil di Indonesia.
Selamat membaca dan berkelana!
novel ini yang bikin aku penasaran pengen beli
BalasHapusbanyak banget yang bilang bagus
Hehe iya mbaak.
Hapus