"Kenapa sih Kamu Mau Jadi Guru SD di Pelosok Desa?"

sekolah dasar di pelosok desa ^_^

Bismillahirrahmanir­rahim..
Mungkin kalau orang-orang memilih ngabuburit di luar rumah, maka aku memilih ngabuburit di dalam rumah seraya menulis ini...
Oh ya, sebelumnya mau cerita sedikit tentang pengalaman 'KKN dadakan' ku.

"Wah, apa tuh?"
Aku menamainya Science School Roadshow, kunjungan ke sekolah di pelosok desa. Sebenarnya sudah sejak lama sekali aku ingin melakukan program tersebut namun selalu terkendala berbagai hal. Hingga akhirnya Allah mengizinkanku pergi beberapa hari yang lalu. Mungkin ada tiga pertanyaan yang muncul..
"Kenapa harus sains?"
"Kenapa harus SD?"
"Kenapa harus pelosok desa?"
Ok, akan kujawab pertanyaan pertama. Sains. Selain Matematika, aku juga menyukai dunia tersebut. Segala hal atau info-info terbaru yang menyangkut sains sangat menarik hatiku, terlebih mengingat dulu akupun berniat menjadi seorang saintis. Ya, seorang saintis atau matematikawati atau ilmu or such that kind. Ingat sekali rasanya setiap kali orang bertanya padaku.
"Kenapa pengen masuk Math murni?"
"Aku mau jadi matematikawati atau ilmuwan. Aku mau menjadi peraih nobel untuk Indonesia!"
Crazy? Ashame? You may say that. Meskipun pada akhirnya Allah menempatkanku disini. Ya, disini.. Bukan lagi calon ilmuwan, melainkan calon pendidik. Ok, enough, it start getting me...
Jadi, kenapa harus sains? Karena sains adalah kehidupan. Setiap aktivitas manusia cenderung berdasarkan sains. Aku ingin mengajarkan pada para generasi muda untuk mencintai sains, mencintai kehidupan. Dengan belajar sains pula, kita dapat lebih bersyukur akan kebesaran Allah ya walaupun tidak hanya melalui sains.
Lanjut ke pertanyaan kedua, kenapa harus SD? Jawabannya simple, karena pendidikan itu harus mulai ditanamkan sejak dini.
"Kenapa ga TK atau PAUD?"
Ok, karena kupikir di TK dan PAUD itu dunianya BERMAIN sambil BELAJAR. Sedangkan di SD itu dunianya BELAJAR sambil BERMAIN. Artinya di TK, 60% bermain dan 40% belajar. Sementara itu, di SD 60% belajar, 40% bermain. Jadi aku bisa mengeksplor sains lebih dalam di jenjang SD, tentu saja disesuaikan dengan tingkatan kelasnya. Aku ingin mendidik mereka sejak dasar. Aku sangat setuju bahwasanya pendidikan adalah kehidupan itu sendiri, bukan cara untuk hidup.Aku ingin menjadi guru SD. Tapi semoga itu bukan hanya iginku melainkan karena disana aku lebih dibutuhkan. Ya, aku ingin berada di tempat yang aku dibutuhkan untuk berada disana, bukan skedar karena aku ingin. Semoga Allah istiqomahkan aku, aamiin.
Dan pertanyaan terakhir, kenapa harus pelosok negeri? Maaf, sama sekali bukan bermaksud gaya-gayaan atau ikut-ikutan. Aku hanya terinspirasi dari kondisi pendidikan di pelosok negeri. Ok, secara terperinci begini. Alasan pertama, aku banyak melihat dan membaca info tentang pendidikan di daerah. Umumnya lebih 'mencengangkan' lah daripada di kota. Hal itu tentu saja membuat jiwa pendidikku terpanggil.
Alasan kedua, aku adalah orang yang gemar challenges. Selama ini hidupku hanya berputar di kota saja. Pernah sih tinggal di agak pinggiran tapi ga terlalu lama. Aku ingin mencari suasana baru, yang lebih adem. Selain itu selama ini akupun selalu tinggal dengan ayah ibuku. Aku seorang anak yang bisa dibilang tidak bisa jauh dari mereka. Baru beberapa hari di luar saja, rasa homesick sudah menderu-deru di jiwaku. Baru beberaap hari di luar saja, sudah nangis tak karuan minta pulang re: tegar. Karena itulah aku gemar menantang diriku untuk tinggal jauh dalam waktu yang terbilang cukup lama. Apakah aku sanggup? Aku ingin menjawab pertanyaan itu dengan dua huruf, ya.
Kesimpulannya, aku ingin menjadi guru SD di pelosok desa. Kamu atau siapapun yang membaca ini boleh menyemangati. Kamu atau siapapun yang membaca ini boleh saja tertawa merendahkan. Tapi suatu hari nanti aku akan membuktikan! Biidznillah.. Bismillahirrahmanirr­ahim..

Oke, kembali ke cerita Science School Roadshow ku. Singkat saja ya, aku melaksanakannya bersama dua orang saudariku di dua sekolah dasar di pelosok desa di pulau Jawa. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Aku dkk berangkat tanggal 28 dan kembali ke Jakarta tanggal 31. Di rencana awal seharusnya kami baru kembali tanggal 1 Agustus tapi karena akupun ada sesuatu hal, jadi kami pulang lebih awal. Hmm, cerita full nya nanti ya.
Keesokan harinya kondisi fisikku kembali drop. Memang sih selama disana sudah ngedrop, tapi begitu tiba di Jakarta, nambah-nambah. Alhasil, ibu tidak mengizinkanku keluar rumah. Dan aku hanya bisa menurut apa kata ibu, tak berniat membantah. 

Selamat Berjuang Para Pendidik Indonesia!

1 komentar:

  1. Kata-kata yang aku rasa sangat menyayat hati ini adalah:

    "Aku mau menjadi peraih nobel untuk Indonesia!"

    Kamu atau siapapun yang membaca ini boleh menyemangati. Kamu atau siapapun yang membaca ini boleh saja tertawa merendahkan. Tapi suatu hari nanti aku akan membuktikan!

    Lanjutkan vis.

    BalasHapus