5 Momen Tak Terlupakan Bersama Bapak


Hasil gambar untuk dad and daughter illustrations
sumber: disini
"Bapak memang tak melulu ada di rumah, seperti ibu. Tapi perjuangannya tak kenal lelah.."

Di antara bapak dan ibu, jujur saja aku paling dekat dengan ibu. Sepertinya sebagian besar manusia mengalami hal demikian. Meski begitu sebagaimana anak normal pada umumnya yang menghabiskan waktu juga dengan bapak, akupun memiliki momen-momen spesial dengannya. Momen di antara jutaan momen.. Momen yang barangkali seumur hidupku tak akan terlupa.. Sbetulnya ingin menulis ini saat Hari Ayah bulan November lalu, tapi baru sempat kutulis sekarang. Semoga ngga mengurangi apa yang ingin kusampaikan..



Bapak dan Motor Bebeknya
Aku menghabiskan waktu kelas 1 hingga 3 SD di Depok, sebelumnya kami tinggal di Jakarta. Waktu itu bapak belim punya motor. Barulah beranjak ke bangku kelas 4 SD keluarga kami berpindah kembali ke Jakarta. Alhamdulillah bapak punya motor, walau baru sekadar motor dinas
Motor itulah yang menjadi saksi bisu betapa bapak berjuang setiap pagi mengantarkanku dan saudariku pergi ke sekolah. Ini berlanjut sampai hari terakhir aku pergi ke SMA. Yap, itu artinya kurang lebih sudah 8 tahun bapak dan motornya setia mengantar kami.

Momen tak terlupakan. Mulai dari menembus macet, menerobos hujan, dan lain sebagainya telah kami lalui. Bahkan ketika kami sudah bisa mencari uang aendiri deegan mengajar les private, bapak jugalah irang yabg setia mengantat. Beliau seolah berkata.
"Biarlah aku berlelah lelah mengantar jemput anak-anakku. Yang penting mereka selamat tiba di rumah kembali."

Bapak dan Matematika
Sempoa, Kalkulus, Kelas, Count, Konter, Anak Anak
sumber: disini
Bapak sering cerita bahwa beliau menyukai pelajaran Matematika, sepertiku. Dulu, di SD hingga SLTA beliau mahir di mata pelajaran itu. Itu juga beliau buktikan dnegan menjadi guru private matematika ku

Kalau dengar bapak berverita tentang matematika, teeutama impiannya menjadi guru matematika yang harus dikuburnya dalam-dalam, aku selalu terisak. Sungguh pengorbanan seorang kakak bagi adiknya!

Bapak memang bukan guru matematika di skkolah tapi bapak adalah guru matematikaku di sekolah hingga aku duduk di akhir bangku SMP.

Bapak, Penolakan dan Penerimaannya
Woman in business suit showing her palm in grey backgroundThumb up to say ok and the background of the sea with vintage effect
Katanya, anak perempuan adalah cinta kedua bagi seorang ayah. Aku cukup paham bagaimana bapak berusaha menjagaku dan saudariku, termasuk menjaga pendidikan kami setinggi-tingginya.

Maka ketika aku belum lulus sarjana, lalu ada laki-laki yang mau meminang, bapaklah orang palong depan uang menolak keras.
"Bapak ngga izinkan kamu menikah sebelum lulus!"

Aku hanya bisa menurut, walau dalam hati agak sedih. Tapi aku tahu, bapak hanya tidak ingin aku gagal mwraih sarjana. Bukan soal bapak gagal memberikan pendidikan bagiku.

Tapi Allah Maha Besar, hanya dalam hitungan jam Dia menyentuh hati bapak. Dari penolakan menjadi penerimaan.
"Jadi, tanggal berapa sebaiknya pernikahanmu dilangsungkan? 4 September atau 11 September?"

Allahuakbar...

Bapak dan Pernikahanku

Aku rasa ini adalah momen tak terlupa bagi setiap putri. Gimana ngga? Yang awalnya dirinya dipertanggungjawabi oleh sang ayah, tapi kemudian beralih ke pria lain, bahkan mingkin uang sebelumnya tak dikenalnya.

Aku ingat betul hari itu, ketika tangan bapak dan (calon) suamiku berjabatan. Untuk pertama kalinya.
"Andi Ahmadi, saya nikahkan engkau deegan anak perempuan saua...."

Ya Allah, luluh seluluh-luluhnya! Aku bukan lagi tanggung jawab bapak. Tapi bapak telah berhasil membawaku hingga ke pelaminan.

Bukankah ganjaran seorang ayah yang telah menjaga anak perempuannya dengan baik sampai menikah, adalah SURGA? Semoga saja ya Allah. Aamiin.

Bapak dan Kelahiran Cucu Pertamanya
Hari itu, hari kktika aku merasakan kontraksi yang teramat sangat, jatuh pada hari Minggu. Hari itu, seharusnya bapak pergi bekerja, ada tugas tambahan dari bosnya. Tapi sejak Minggu dini hari bapak setia menantiku di ruang tunggu rumah bersalin.

Kata ibu,
"Bapak sampai ngga kerja nungguin kami. Ngga kuat dneger kamu teriak-teriak di dalam. Kasihan. Takut kamu kenapa-kenapa."


Dear Bapak, aku memang bukan anak yabg romantis.
Bukan mereka yang suka mengucap sayang secara langsung.
Aku lebih suka mengungkapkan ewat tulisan dan tindakan.
Juga doa.
Segala doa terbaik senantiasa terhanturkan ubtukmu dan ibu.
Yang telah 22 tahun menjaga dan merawatku dengan baik.
Mengorbankan materi, tenaga dan waktu
Yanh aku tahu itu tak sedikit.
Kini akupun tengah menjalani fase itu..
Doakan aku Pak, Bu, semoga aku kuat menjalankan amanah ini..

Robighfirlii waliwalidaya warhamhuma kama robbayani shogiro...

2 komentar: