Mengenal Circular Fashion dan Donasi Pakaian dari Tukar Baju



Decluttering. Kapan kalian terakhir kali melakukan decluttering? Terjadwal ataukah insidental?

Decluttering menjadi istilah yang sering digunakan ketika kita beberes dan mengeluarkan barang-barang dari dalam rumah. Bahkan sebenarnya decluttering bukan soal benda fisik saja tapi juga benda digital hingga pikiran dan perasaan lho! Yap, decluttering erat dengan melepaskan (letting go). Tentu bagi sebagian orang ini bukan hal yang mudah.


Buat kalian yang pengen termotivasi untuk mulai atau konsisten decluttering, coba deh baca review film Thailand disini. Recommended banget!

Balik lagi ke cerita decluttering-ku. Sekitar dua pekan lalu aku baru saja decluttering pakaian bareng suami. Keluarlah total 5 pakaian suami, 1 pakaianku dan 1 jilbab. Awalnya seperti biasa mau disetorkan ke yayasan amal. Yap, aku biasanya mendonasikan pakaianku ke mereka. Rencananya mau setor langsung, sekalian main ke toko barang bekas mereka. Lokasinya pun masih sama-sama Jabodetabek.


Tentang Circular Fashion

Disadari atau ngga, limbah fashion merupakan jenis limbah yang sulit didaur ulang tapi jumlah terus bertambah setiap saat. Fashion yang dimaksud tak hanya baju atau celana melainkan juga sepatu, tas, domet dan sejenisnya. Dari data yang dikeluarkan Boston Consulting Group, pada 2015, industri mode menghabiskan 79 miliar meter kubik air, melepaskan 1,715 juta ton CO2, dan memproduksi 92 juta ton sampah. Huhu :""

:
source: Pinterest

source: ourgoodbrands


Karena itulah, muncul gagasan circular fashion. Entah kapan tepatnya istilah ini muncul tapi yang pasti Global Fashion Agenda, forum fashion global yang fokus menerapkan prinsip sustainability dalam industri ini yang berdiri sejak 2016, mulai menggalakkan Circular Fashion System Commitment 2020.

Sebagaimana namanya, sirkular yang diidentikkan dengan konsep melingkar, bagaimana membuat manfaat sepotong pakaian bisa terus terputar dengan baik, alih-alih dibuang begitu saja, sekalipun sudah tidak layak pakai.

Jika diartikan, circular fashion punya dua makna, bagi konsumen dan produsen.

Bagi konsumen, circular fashion adalah sebuah kebiasaan/gerakan/gaya hidup menggunakan kembali atribut mode (sepatu, pakaian, tas, dll) yang sudah digunakan sebelumnya. Bagaimana peenrapan sederhana yang bisa konsumen lakukan untuk mendukung circular fashion?

  1. membeli fashion preloved. Sekarang ini mulai banyak bermunculan preloved store ataupun forum jual beli barang bekas yang akan memudahkanmu mencari barang yang dibutuhkan.
  2. menyewa pakaian, alih-alih langsung membelinya. Memang di indonesia masih belum banyak sewa pakaian, mungkin kamu tertarik membuat lini bisnis sewa fashion :D
  3. menyetorkan fashion tak layak pakai ke lembaga daur ulang. Sepengetahuanku masih sedikit yang menerima pakaian tak layak pakai (bisa kamu cek disini), so memang mencegah yakni dengan mindful buying adalah win-win solutin-nya.
  4. membeli produk di toko circular fashion. Ini adalah toko yang menerapkan circular fashion saah satunya dengan menggunakan kain daur ulang dalam produksinya.
  5. memperhatikan bahan pakaian yang dipakai. Misalnya, coba pilih bahan pakaian wool karena bahan pakaian ini lebih mudah hancur setelah dibuang. Jadi, kamu tidak akan menciptakan fashion waste yang akan merusak 
  6. melakukan Tukar Fashion. Nah kamu bisa mulai dengan membuat circle pertukaran dengan orang terdekat seperti kakak, adik atau saudara.
Aku akui nomor 4 masih sulit ya karena sebagian besar circular fashion membandrol dengan harga cukup tinggi, namun pelru dipahami bahwa hal itu sebanding dengan konstribusi yan kita lakukan pada bumi lewat industri mode. Sebagai solusinya, kamu bisa menerapkan poin nomor 5 dan 6. 

Bagi produsen, circluar fashion adalah sistem produksi busana berkonsep berkelanjutan (sustainable) dimana para brand fashion memproduksi prouduknya dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan memperhatikan efisiensi produksi apalagi yang melibatkan sumber daya alam maupun listrik. Mereka juga akan mengedukasi konsumen bagaimana cara meningkatkan masa pakai suatu produk dan memberikan infornasi bahan/material pakaian yang dibeli.


source: prestigeonline

Pada akhirnya kontribusi konsumen dan produsen tersebut membuat pakaian bisa dimaksimalkan dan tak akan 'terbuang sia-sia' dan mencemari lingkungan.

Sekilas Tentang Slow Fashion dan Fast Fashion

Kalau ngomongin circular fashion, relate juga dengan slow fashion yang merupakan produk dari penerapan circular fashion. Yap, slow fashion adalah produk yang diproduksi dengan memperhatikan aspek lingkungan,  daya tahan dan kualitas yang tinggi, proses produksi yang beretika serta ramah lingkungan untuk pemakaian pakaian dalam rentang waktu yang lamaFokusnya adalah pada bagaimana menjadikan seluruh proses dari produksi hingga konsumsi menjadi  berkelanjutan.


Sedangkan fast fashion berfokus pada kecepatan dan kuantitas produksi. Ini bisa ditandai dengan banyaknya varian yang dihasilkan dan produk baru yang begitu cepat diluncurkan.

Donasi Pakaian World Environment Day

Dalam memperingati World Environment Day, #TukarBaju bersama dengan  @hunt_street dan @pendekarbaju.id  menyelenggarakan kampanye circular fashion dari tanggal 9-23 Juni, 2021.⠀Salah satu programnya adalah open donation pre-pwned clothes. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Pendekarbaju, TukarBaju Zero Waste ID dan Hunstreet. Untuk setiap 5 baju layak pakai bakal dapat 1 voucher Hunstreet senilai 500k. Maksimal pakaian yang bisa didonasikan adalah 25 potong.




Simak jenis-jenis baju dan hal-hal yang harus kamu pastikan pada donasi pakaianmu ya.




Mengapa Memutuskan Berpartisipasi?
Pertama, ini caraku memperpanjang usia pakaian alih-alih dibuang begitu saja ke TPS/TPA (so far ngga pernah kepikiran buang langsung ke landfill).
Kedua, memanfaatkan suatu barang dengan maksimal (dipakai orang yg lebih butuh), alih-alih disimpan aja di lemari. Apalagi dalam Islam, setiap barang yang kita miliki akan dimintai pertanggungjawabannya. :')
Ketiga, rolling donasi. Untuk urusan berdonasi memang prinsip keluarga kami adalah rolling. Misal, bulan ini ke yayasan A, nah ketika datang open donasi tempat lain, kami akan memeprtimbangkan rolling donasi. Tentunya kami juga mempertimbangkan seberapa butuh si penerima donasi ini. Ternyata ini tertuang dalam konsep Minimalist Parenting dalam buku berjudul sama yang kubaca.
Keempat, merasa bahagia berbagi kepada yang kurang beruntung. Soal bahagia berbagi ini adalah sebuah keniscayaan banget. Apalagi kalo berbaginya secara langsung. Nah, dalam program donasi ini, pakaian yang kita donasikan akan diberikan kepada masyarakat pra sejahtera. Mungkin that's why pakaian yang diterima adalah non branded.

Dapat voucher hanyalah bonus. Jangan lupa vouchernya dipakai dengan bijak; sesuai kebutuhan dan budget (kalau harus nambah uang).

Cara Berdonasi
Nah berikut ini flyer syarat dan ketentuannya.

Pengalaman pribadi, berikut langkah-
angkahnya:
🌱Isi form registrasi di sini. Disini kamu bisa pilih drop point. Kalo kamu berencana kirim lewat ekspedisi non ojol, kamu bisa pilih drop point manapun. 
Selanjutnya, lamu bakal di-WA dan diminta fotokan pakaian yg mau didonasikan.
🌱Kalo terverifikasi (sesuai S&K dan diterima), kamu bakal dikasih tahu jadwal pengiriman dan kapan maksimal baju harus sampai di drop point. Kasih tau mereka tanggal berapa kamu bakal kirim paketmu.
🌱Kemas pakaianmu dalam wadah ramah lingkungan (jangan pakai plastik kresek, ya!)
🌱Kirim ke ekspedisi/ojol. Kirim buktinya ke narahubung.
🌱Mereka bakal ngabarin kalo paketmu udah diterima dan kamu bakal dikirimin kode voucher nya.
Fyi, pakaian yang kamu donasikan bakal didonasikan ke masyarakat pra sejahtera.





Oh ya awalnya aku ngga tau untuk pembelanjaan voucher Hunstreet, ada nominal minimal. Barulah saat melihat postingan di bawah ini aku tahu ada minimal transaksi. Untungnya prientasi awalku bukan ke voucher, jadi saat tahu nominal minimalnya "wow" menurutku, aku ngga kecewa, hehe.

Kemungkinan besar ngga akan aku pakai. Tapi kalo teman-teman membutuhkan, silakan japri aku ya.


Referensi:

Kumparan STYLE

Rukita

Zero Waste Website

13 komentar:

  1. Jadi tidak sembarang kasih baju bekas ya. Salut dengan ide dan konsepnya. Saya sendiri sampai sekarang blm bisa leting go apa yg mau saya keluarkan. Sungguh masih selalu saja ada pertimbangan. Hehehe ...

    BalasHapus
  2. First thing first, sayang donasi ini cuman sampai 23 Juni. Padahal aku merasa kebutuhan untuk mendonasi pakaian itu akan berjalan terus-menerus.

    Aku sudah decluttering bulan ini dan mendonasikan pakaian ke suatu komunitas di Sidoarjo. Dikiranya aku menolong karena berbagi, justru aku yang merasa tertolong karena membantu membersihkan space rumahku dari pakaian tak bermanfaat.

    BalasHapus
  3. bagus nih circular fashion, sehingga sebelum membeli busana berpikir keberlanjutannya

    apalagi menurut agama, setiap harta yang kita miliki harus dipertanggungjawabkan

    BalasHapus
  4. baru aja tadi aku declutterin lagi. dan syukurnya yg kuhibahkan nih langsung ludes juga mbak barusan..

    Senang ya, pakaian yg nggak terpakai bisa dimanfaatkan lagi. Aku udah lama ngikutin Tukar Baju ini, dan dulu pas belum ada pandemi dan acara ada offline aku liat di ig itu ruameee banget kegiatannya. antusias anak muda utk ikutan ini banyak juga.

    BalasHapus
  5. Mantap sekali ya gerakan yang dilakukan. Di bogor masih ada waktu sampai 23 Juni. Aku pribadi biasanya kalau ada barang atau baju layak pakai tapi tak bisa aku gunakan, aku berikan kepada yang butuhkan terdekat. Makasih udah berbagi mba

    BalasHapus
  6. Kereeeen bgt kak.terima kasih inspirasinyaa

    BalasHapus
  7. Keren nih acaranya, sayang telat dpet infonya...
    Klo ada minimal blnja yg wow jdi ga minimalist lgi jdinya ya Mba >.<

    BalasHapus
  8. Aku udah lama melakukan Tukar Pakaian dengan saudara²ku. Dan kalau ada baju yang masih layak pakai tapi udah nggak muat atau nggak dipakai lagi, biasanya aku kasih tetangga yang badannya lebih kecil. Semoga dengan hal kecil yang aku lakuin ini bisa sedikit berkontribusi dalam menjaga bumi kita.

    BalasHapus
  9. Cukup kaget dengan data yang dikeluarkan Boston Consulting Group, pada 2015, industri mode menghabiskan 79 miliar meter kubik air, melepaskan 1,715 juta ton CO2, dan memproduksi 92 juta ton sampah.
    Tapi habis itu semacam bicara dengan diri sendiri nyoba inget-inget seberapa banyak pakaian, sepatu, tas yang aku beli, lalu ngga dipake, kemudian dibuang. Selama ini lebih fokus dalam pemilihan sampah plastik, ternyata industri mode sumbangan sampahnya juga lumayan ya, Mba

    BalasHapus
  10. Aku rutin mengeluarkan barang terutama baju dan hijab yang bejubel, perasaan udah dikasihin, tapi suka ada yang ngasih juga. Jadi aja masuk 5 keluar 5 juga, dan biasanya suka ada yang minta yang membutuhkan entah itu mbak jamu, tukang londry ato tetangga bahkan temen apalagi sahabat yang main embat baju dan hijab begitu aja, seneeng jadi berkurang
    Btw asik juga tuh ada program donasi pakaian yaa, sementara yg deket2 aja dulu akutu.

    BalasHapus
  11. setelah aku pensiun, baju kayaknya jarang nambah kecuali kalau dikasih . dulu aku biasa, beli satu, satu dilungsunrkan,begitu dan hasil lunsguran dikumpulkan untuk diberikan ke orang lain dan itu masih bagus

    BalasHapus
  12. saya beli baju bisa di hitung 1 tahun 1 baju. itupun kalao ada baju yg benar saya inginkan. tak jarang baju layak pakai saya donasikan ke orang yg mau.
    program ini bagus sekali jika ada sepanjang waktu agar saya dan org lain bisa ikut serta dalam menjaga bumi

    BalasHapus
  13. Aku jarang beli baju. Kebanyakan dapat lungsuran juga dan aku lungsurin juga ke saudara. Jadi sebetulnya circlenya udah ada. Hanya suka bingung kalau bekas celana dalam harus diapakan. Ada solusikah?

    BalasHapus