Kalau ditanya apa momen tak terlupakan ketika mengasuh anak? Pastinya too many to be mentioned. Banyak banget! Apalagi saat itu aku masih menyandang status mahasiswi ketika anak pertamaku lahir. Jadi kayaknya setiap momen tak terlupa, hehe.
Salah satunya adalah momen menyusui. Gara-gara menyusui juga, BBku langsung menyusut kurang dari sebulan pasca melahirkan! Entah pengaruh gender bayi atau tidak tapi aku sangat bersyukur.
Sekilas Mengenal ASI
ASI atau air susu ibu bisa dibilang adalah sumber utama kehidupan bayi khususnya usia 0-6 bulan. Tetesan ASI yang keluar pertama atau biasa disebut kolostrum adalah ASI yang diproduksi segera setelah bayi lahir, meski kadang dapat juga diproduksi pada akhir masa kehamilan. Kolostrum dapat berwarna kuning, oranye atau putih, bertekstur kental dan lengket. Kolostrum kaya akan nutrisi seperti protein, vitamin A, nitrogen, garam, sel darah putih dan beberapa antibodi tertentu.
Meski hanya beberapa tetes, kolostrum juga sebagai imunisasi pertama bayi ini, memiliki kadar gula dan lemak yang lebih rendah daripada ASI yang dihasilkan kemudian.
Kandungan dan karakteristik ASI tak selamanya sama namnun mengikuti fase perkembangan dan kebutuhan bayi. Misalnya, kandungan ASI pada ibu yang melahirkan bayi pada usia kehamilan normal (cukup bulan) akan berbeda dengan kandungan ASI pada ibu yang melahirkan bayi prematur. Seiring waktu, kandungan ASI juga berubah sesuai pertambahan usia bayi. Nutrisinya akan disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada tiap tahap tumbuh kembangnya.
- meningkatkan daya tahan tubuh bayi
- Mencegah Terserang Penyakit
- Membantu Perkembangan Otak dan Fisik Bayi
- Meningkatkan Perkembangan Kognitif
- Membantu mencapai berat badan bayi Ideal
- Menimbulkan rasa kenyang
- Memenuhi Seluruh Kebutuhan Nutrisi
- Mencegah obesitas pada bayi
- mempercepat pemulihan rahim pascapersalinan
- sebagai kontrasepsi alami
- menurunkan risiko ibu mengalami depresi pasca melahirkan
- menurunkan risiko ibu terserang penyakit
- Bonusnya, praktis dan ekonomis.
See, banyak kan, dari sisi psikologis, ada, dari sisi kesehatan, ada juga pastinya, dan sisi lainnya.
"Maksudnya bagaimana?"
Ibu harus lebih memperhatikan higienitas diri dan peralatan menyusui (jika ada). Berlebih-lebih ketika ibu, bayi ataupun keduanya terpapar Covid19!
Moms tentu tahu, 'kan, sejak Lebaran kasus Covid19 semakin menjadi-jadi? Bahkan muncul varian baru yaitu varian Delta yang lebih "ganas"; penularannya cepat dan angka kematiannya tinggi! Salah satu penyebabnya diduga karena melemahnya prokes kantaran kelonggaran peraturan dari pemerintah juga. Akibatnya kasus melonjak dari "level 1" ke "level 3". Tanpa bermaksud menyalahkan pemerintah, tentunya kesadaran juga harus muncul dari individu ya.
Selama ini mungkin yang banyak kita dengar adalah kasus pada orang dewasa atau lansia. Bagaimana dengan bayi atau balita? Apakah bisa dibilang baik-baik saja atau justru sebaliknya?
Dilansir dari MedicineNet, bayi yang berusia di bawah 12 bulan lebih rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan tubuh pada bayi masih belum berkembang dengan benar dan saluran udaranya lebih kecil. Sehingga masih rentan bila terinfeksi, termasuk infeksi COVID-19.
Dari data Satgas Penanganan COVID-19 mengungkapkan secara kumulatif hingga 16 Juli 2021 ada 777 anak di Indonesia meninggal dunia akibat COVID-19. Persentase Angka Kematian Tertinggi (CFR) berada pada kelompok usia 0-2 tahun, diikuti kelompok usia 16-18 tahun dan usia 3-6 tahun.
Memang, kasus positif pada bayi jauh yg di bawah kasus pada usia lainnya namun jika kita bandingkan dengan negara lain khusus kasus bayi, angkanya ngga bisa anggap remeh lho! Angkanya juga terus merangkak naik dari hari ke hari.
Semua informasi di atas aku dapatkan dalam Live Shopee yang diadakan oleh Philips Avent. Kegiatan yang diselenggarakan pada hari Sabtu (7/8) lalu menghadirkan narasumber dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A dan dipandu oleh Cherisha Lidia dengan tema New Parents Amidst the Covid19 Pandemic dalam rangka World Breastfeeding Week 2021.
Kembali lagi ke kasus bayi. Sebenarnya apa sih gejala Covid19 pada bayi?
Nah ini yang "unik". Jika pada fase usia selain bayi dan anak-anak mudah ditemui gejalanya dan nyaris sama seperti badan linu, anosmia, pusing dan demam, berbeda dengan kasus bayi. Mengapa?
Karena gejala pada bayi sungguh sangat beragam, mulai dari diare, demam, infeksi saluran pernapasan atas, seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, nyeri otot yang menyebabkan sering menangis dan sulit tidur lain sebagainya.
Ragam pertanyaan tersebut banyak diterima oleh dr. Andreas.
- Pastikan selalu cuci tngan sebelum dan sesudah menyusui
- Gunakan masker
- Pastikan peralatan yang digunakan higienis dan steril.
Ibu menyusui wajib menjaga asupan makanan. Jangan coba coba diet ketat.
Solusinya, terus berikan ASI dengan direct breastfeeding. Perlahan berhenti menggunakannya dot. Jika terpaksa, bisa menggunakan cup feeder tapi diberikan oleh orang lain, jangan oleh ibu.
Solusinya, fokus ketika bekerja dan ngurus anak. Bisa juga lakukan pijat laktasi untuk membuka saluran kelenjar susu. Kalau bisa lakukan secara rutin, setiap hari dilakukan. Pijat laktasi untuk kenyamanan, bisa juga untuk teknik SADARI mengenali jika ada benjolan di payudara juga meningkatkan produksi ASI.
Untuk bayi yang baru mulai MPASI, berikan makanan yang mengandn prohe, vit D. Pada dasarnya bayi belum perlu sayur buah.
Kesimpulan
Jika ditanya menyusui di tengah Paparan Covid19, Yay or Nay? Seharusnya sih tetap Yay karena bayi terlebih usia 0-6 bulan masih sngat membutuhkan ASI. Apalagi, jika ternyata bayi terpapar Covid19, ASI bisa banget menjadi terapi untuk mengusir virus tersebut. Tinggal bagaimana ibu memperhatikan higienitas dan tetap patuhi protokol kesehatan. Tentunya berbeda kasus jika ternyata ibu mengalami gejala parah yang mengakibatkan harus masuk ruang ICU, misalnya.
Mengenal Produk Philips Avent Untuk Dukung Proses Menyusui
Nah tadi ngomongin alat penunjang menyusui, berikut ini beberapa rekomendasi produk Philips Avent untuk dukung proses menyusui ibu.
- Bantal pijat lembut untuk stimulasi ASI lebih lancar
- Sistem selang tertutup, mesin lebih awet
- Design khusus, mudah dipasang dan dibersihkan
- Menyimpan ASI dengan aman dengan tutup anti-bocor
- Botol penyimpanan ASI Philips Avent memiliki tutup dengan segel yang aman sehingga aman disimpan atau dibawa bepergian.
- Mudah mengetahui tanggal dan isi.
- Mudah diatur rapi dalam lemari es & freezer
Sterilisasi lembut, efektif, dan bebas dari bahan kimia dengan Philips AVENT. Setiap pensteril menggunakan tenaga uap murni–tidak lebih, tidak kurang– untuk membunuh 99,9% kuman berbahaya*.i Sklus sterilisasi hanya berlangsung 10 menit, setelah itu alat sterilisasi akan mati secara otomatis.
- Dirancang untuk mengurangi kemungkinan bau tak sedap dari tetesan air susu.
- Fleksibilitas yang menghemat tempat
- Tetap steril selama 24 jam*
- Cepat dan mudah dibersihkan
- Dot seperti payudara agar menyusu terasa alami
- Katup Anti Kolik yang dirancang untuk mencegah kebocoran saat menyusu
- Leher botol yang lebar agar mudah diisi dan dibersihkan
- Bebas BPA
- Tingkat aliran dot yang berbeda sesuai pertumbuhan bayi.
- Katup anti kolik yang dirancang untuk mencegah kebocoran saat menyusu
- Leher botol yang lebar agar mudah diisi dan dibersihkan
- Bebas BPA
- Tingkat aliran dot yang berbeda sesuai pertumbuhan bayi.
0 komentar: