Upayaku Mengelola Sisa Konsumsi Organik di Rumah

 



Untuk ketiga kalinya di blog ini aku membahas seputar topik foodwaste, sebuah topik yang rasa-rasanya di setiap rumah berpotensi memproduksinya. Tapi khusus di postingan ini aku akan menggunakan istilah sisa konsumsi organik, jadi tidak terbatas pada sampah makanan (matang) saja tapi juga bisa dari beragam kulit buah, kulit sayuran, sisa potongan sayuran dan sejenisnya.

Yakin deh, siapa sih rumah tangga yang ngga menghasilkan sisa konsumsi organik tersebut? Sekalipun rumah seorang sultan, hohoho.

Sebenarnya bisa dibilang mengkompos adalah metode all in untuk sebagian besar sisa organik, kecuali jenis tertentu seperti tulang. Ya, dari namanya sudah jelas mengkompos adalah mengolah sisa organik sedemikian rupa menjadi pupuk kompos yang bisa digunakan untuk menyuburkan tanaman. Hasil pengomposan bisa berupa pupuk cair maupun pupuk padat. Wadahnya disebut komposter, bisa terbuat dari ember tertutup, karung goni dan beragam wadah yang dijual. Intinya harus tertutup (khusus hasil komposter pupuk cair, harus ada kerannya). Eits tapi sebelum membeli yang baru, pertimbangkan untuk pakai wadah yang ada terlebih dahulu ya!

Aku sebenarnya sudah dengar soal mengompos ini sejak beberapa tahun terakhir namun belum tergerak melakukannya. Sekalinya tergerak ingin melakukannya, ternyata sikon belum mendukung :(


Sebelum-sebelumnya aku biasnya membuang sisa organik ke ke kebun belakang. Kebetulan di belakangku adalah tanah berumput milik pemilik rumah yang kami kontrak. Dan pemiliknya menyuruh kami membuang disana :( Jujur dulu ngga ada rasa dosa sama sekali karena kupikir juga akan membusuk disana dengan sendirinya. Hal ini pun dilakukan oleh warga lainnya. 

Tapi sejak belajar di kelas belajar zero waste, tahu ilmunya, dapat inspirasi, ya Allah kumerasa berdosa :(

Tak ada rotan, akarpun jadi. Saat ini jujur memang aku belum bisa membuat komposter, jadi di postingan ini aku akan menulis beberapa upaya (sangat) sedehana yang aku lakukan untuk mengelola sisa konsumsi organik di rumah. Aku kategorikan berdasarkan jenis sisa konsumsi ya.


Tulang & Sisa Makanan
Keluarga kecil kami belum bisa berlepas diri dari produk daging-dagingan terutama ayam. Terlebih, bapakku masih secara berkala mengirimkan ayam ke rumah meski sudah kusampaikan tidak perlu :D
Alhasil terproduksi sampah tulang. Untuk tulang dan sisa makanan (jarang, tapi pernah) biasanya aku berikan ke kucing atau ayam. Alhamdulillah kehadiran kucing-kucing liar yang walaupun aku phobia kucing, ternyata sangat membantu tapi semoga ngga bikin aku terlena untuk menghasilkan selain tulang. 

Kulit Telur
Nah, keluarga kami juga masih mengkonsumsi produk turunan hewani seperti telur. Alhasil terpoduksilah cangkang telur.


Sejujrnya baru per awal Agustus ini aku tergera untuk mengumpulkan kulit telur. Kulit telur dicuci bersih dengan air, dikeringkan dan disimpan. Setelah cukup banyak, akan kublender buat ditaburi di tanah tetangga yg ada tanaman. Maklum, aku belum ada tanaman🙈

Kulit Sayuran
Suatu kali aku menonton video pembuatan kaldu dari sisa sayuran. Berbekal video tersebut aku mengumpulkan sisa sayuran seperti kulit wortel, kulit jagung, dan postingan sayuran. Setelah agak banyak, aku cuci bersih lalu aku rebus dengan air selama kurang lebih 30 menit. Menurt petunjuk tunggu sampai warnanya kecokletan dan menimbulkan bau.


Batang Daun Bawang dan Pucuk Wortel
Nah ini yang aku suka, batang daun bawang. Karena pengelolaannya ergolomg mudah yaitu teknik regrow. Bagian ujung daun bawang aku potong sepanjang kurang lebih 8-10 cm, biarkan akarnya menggantung, lalu cuci bersih dan masukkan dalam wadah berisi air sekitar 3cm tingginya. Ini satu-satunya tanaman yang berhasil kutanam, aku taruh di dapur untuk lebih menyemangati aku memakan dan tetunya menerapkan hidup minim sampah.  



Setelahnya aku dinginkan dan disaring. Tapi ternyata rasanya jauh dari ekspektasiku. Merasa gagal, akupun membuangnya :( Sampai sekarang aku masih bertekad untuk belajar lebih dalam soal membuat kaldu ini.

Kulit Bawang
Aku yang dulu bukanlah yang sekarang, wkwk malah nyanyi. Dulu mana tahu kalo kulit bawang itu bermanfaat, setidaknya sebagai pestisida alami. Alhasil perlahan mulai mengumpulkan kulit bawang ini. Aku semakin tersadarkan bahwa hidup minim sampah bisa banget dibarengi dengan menanam ini dan itu, that's why sebagian besar pegiat hidup minim sampah suka bercocok tanam juga.

Eco Enzym dan Hair Spray
Sebagai keluarga pecinta buah, tentunya produksi kulit buah menjadi sangat mungkin di rumah. Awalnya hanya dibuang begitu saja, tapi begitu tahu bisa dimanfaaty terutama untuk eco enzym akupun mulai menyimpannya. Setelah banyak (terutama kulit lemon), aku rendam dengan air panas. Rendaman airnya untuk semprotan rambut dan baju anakku :D Demi keawetan, aku taruh di kulkas.
Aku juga sedang berusaha membuat eco enzym, semoga berhasil!!


Sayangnya proses regrow-ku pada  wortel ternyata gagal. Coba tanam di tanah, kesenggol ayam dan burung potnya, tumpah terus. Di rumahku ada beberapa ayam dan burung titipan bapakku yg terbangnya suka ga karuan dan suka berantem *jadi curhat🙈

Demikianlah sedikit hal sederhana yang aku lakukan sebagai upaya mengelola sis konsumsi organik di rumah. Aku sangat berharap dan berdoa someday aku sekeluarga bisa mulai mengompos. Mohon doanya....

#belajarzerowaste #zerowaste #bzw2021 #bzwbatch8 



0 komentar: