Surat Untuk Diriku

 


Sabtu, 18 Maret 2023

Di hari keempat Zona 1 Kelas Bunda Sayang #8 ini rasa rasanya pertanyaan yang paling mudah kujawab. Penasaran pertanyaannya apa? Here we go!


Hal baik apa yang aku pelajari pekan ini?

Mengambil jeda. 

Coba deh, kita baca satu kalimat panjaaaang tanpa titik, koma atau tanda baca lainnya. Rasanya gimana? 

Lelah. Mungkin itu pula perumpamaan dalam hidup. Ada kalanya kita berjalan, berlari. Tapi jangan lupa mengambil jeda. Sebagai seorang ibu kita boleh banget mengambil jeda pengasuhan, dengan catatan mengambil jeda tidak sama dengan membiarkan lho ya! 

Di pekan ini aku belajarmengambil jeda dsn jarak dari Cham karena belakangan aku meras lebih muda tersulut emosi ketika berhadapan dengan Cham. 

Hasilnya gimana?

Setidaknya aku merasa lebih rileks untuk memulai kembali pengasuhan. 


Mengapa seorang ibu bisa marah. 

Pernah ngga sih kita bertanya tanya kenapa ya ibu (perempuan) lebih mudah marah kepada anak dibandingkan ayah? Nah aku juga memikirkan hal tersebut, terutama aoa yang terjadi pada diriku. 

Qadarallah hari ini dipertemukan dengan dua postingan sekaligus yang membahas hal tersebut. Ini bener bener menggugahku! Aku jadi mengangguk-angguk sendiri saking merasa "i am not alone". 


Surat Untuk Diriku

Dear, Diriku di Masa Kini.


Ya surat ini kutulis untuk diriku di masa kini, bukan masa lalu maupun masa depan. Diriku masa kini yang sudah berhasil melalui masa lalu dan siap menyambut masa depan namun lebih menikmati momen hari ini. 


Hai, diriku! Apa kabar hatimu dan harimu?  Oa kabar fisik, mental dan spiritualmu? Aku tak berharap kau selalu baik baik saja tapi juga tak selalu tak baik-bauk saja. Ingat saja, ketika kau merasa baik, maka itu sebuah kondisi yang harus kau syukuri dan optimalkan.  Sebaliknya, ketika kau merasa tidak baik, terima hal tersebut, fokuslah pada solusi bukan menyalahkan diri. 


Hai, diriku! Januari lalu kau baru saja kehilangan seseorang yang berarti dalam hidupmu untuk selamanya. Sampai detik ini rupanya duka belum benar benar hilang dari dirimu. Ngga papa, terimalah, akuilah tapi tetap mencari solusi. 


Hai, diriku! Pekan depan angka usiamu bertambah dan mungkin jatah hidupmu berkurang, aku hanya meminta di sisa usia yang entah sampai kapan, terus dimaksimalkan dengan kebaikan, sesederhana apapun itu. 


Ceritaku Setelah Sesi Ini

Sesi ini membuatku berefleksi bahwasanya setiap hari adalah pelajaran asalkan hari kita jernih melihatnya dalam bingkai husnudzhon. Aku juga berefleksi untuk setiap hari menanyakan kabar diriku, orang pertama yang harus ditanyakan kabarnya setiap bangun tidur, sebelum ke anak dan suami. 


0 komentar: