Penerapan Sekolah Ramah Anak: Dari Tawuran, Jadi Persahabatan

sumber: shutterstock

Sekolah adalah rumah kedua bagi seorang anak. Bayangkan, setidaknya 4-8 jam dihabiskan anak di sekolah. Tentu tergantung dari grade anak. Semakin tunggi kelasnya, semakin banyak waktu yang dihabiskan di sekolah. Maka sudah selayaknya sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak. 

Tapi nyatanya di Indonesia masih banyak anak merasa "Sekolahku Nerakaku". Mengapa? Tentu ada banyak sebab di baliknya. Salah satunya adalah senioritas di sekolah, khususnya SMP-SMA. 

Untuk itulah muncul istilah Sekolah Ramah Anak. Apa itu Sekolah Ramah Anak?


Yakni sekolah yang memperhatikan kebutuhan anak/siswa, tanpa menimbulkan kecemasan daa ketakutan pada diri siswa. Kali ini saya mau berbagi pengalaman seorang kepala sekolah yang menerapkan Sekolah Ramah Anak di sekolahnya. Beliau adalah Ibu Ratna Budiarti yang kini menjabat Kepala sebuah SMA Negeri di Jakarta. 

Berawa pada tahun 2014 saat masih menjadi kepala SMA 29 Jakarta beliau bersama komponen guru dan orangtua menjamah wilayah 'hitam' yakni tempat sering terjadinya perundungan (bullying) hingga akhirnya terwujud Sekolah Ramah Anak. Prestasi itu membuat SMA 29 dikunjungi menteri pendidikan dari negara lain.

Kemudian pada 2015, beliau dimutasi ke SMA lain yang terkenal penuh konflik dan berita negatif. Bagaimana tidak? Sebelumnya setidaknya 4 kepala sekolah (kepsek) dimutasi. Beragam kasus hadir seperti munculnya peraturan kakak kelas yang melarang para junior menikmati fasilitas tertentu, bahkan hingga aksi kekerasan. Orangtua umumnya tidak tahu, karena anak tak berani melapor. Kalaupun ada orangtua yang tahu, kebanyakan mereka memilih bungkam karena ingin anaknya tetap bersekolah di SMA unggulan tersebut.

Beliau berpikir, tugas utamanya adalah MEMUTUS mata rantai senioritas. Lantas apa yang dilakukan pertama kali?

Pertama, membuat deklarasi bersama semua pihak yang terdiri dari guru, staf/karyawan dan orangtua murid untuk melawan perundungan.

Selanjutnya beliau bersama pihak yang terlibat dalam deklarasi menggagas GENAB (Gerakan Anti Bullying) yang berisikan psikologi alumnus UI & Universitas Trisakti yang juga alumni dari sekolah tersebut.
international students read the books
sumber: shutterstock
Apa yang ingin dicapai?

Anak berangkat bahagia, pulang pun bahagia. Artinya, anak dilepas (berangkat) oleh orangtua dengan senyuman, pelukan dan sarapan. Para guru menyanbut di gerbang dengan sukacita. Pun ketika pulang dilepas oleh para guru dalam keadaan bahagia.

Selanjutnya, sosialisasipun dilakukan pula pada guru dan karyawan mengenai hak anak. 
Breakfast. One line drawing
sumber: shutterstock
Sekolah Ramah Anak memang fokus pada penghapusan tindak perundungan, tapi Ibu Ratna dan tim juga peduli masalah gizi pada anak didik. Ada istilah sekolah standard gizi, artinya sekolah yang memperhatikan kebutuhan gizi peserta didik. Dalam mewujudkan Skolah Standar Gizi, beliau bersama tim mengundang tim Kemenkes untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya sarapan sehat bagi anak. Bukan sekedar banyak nasi yang mengindikasikan banyak karbohidrat terserap. Hal itu justru membuat anak cepat mengantuk di atas jam 9 pagi.
Students stand in line to receive food in the school cafeteria.
sumber: shutterstock
Langkah riil selanjutnya, beliau juga secara berkala mengadakan program sarapan bersama seluruh komponen sekolah.

Selain sekolah standar gizi, beliau juga menggalakkan program sekolah sadar hukum. Diundanglah pihak Kejaksaan Agung dalam Hari Anti Korupsi untuk mewujudkan Sekolah Sadar Hukum. Goalnya, seluruh elemen sekolah teredukasi soal tindak pidana dan sanksinya sehingga mencegah terjadinya hal tersebut karena adanya kesadaran diri.

Ada pula gerakan Kantin Kejujuran, yang mungkin sebagian dari kita pernah mendengarnya. Ya, kantin kejujuran merupakan program jual beli dimana siswa membeli apa yang dijual kemudian membayar dan mengambil kembalian sendiri. Program ini efektif melatih kejujuran dalam diri siswa.

Semua program-program yang dugagas semata-mata diklakukan untuk menunbuhkan karakter dalam diri ssiwa khususnya soal solidaritas sehingga yang tadinya predikat jago tawuran menjadi hubungan persahabatan.

Ide-ide di atas menurut saya sangat aplikatif bagi sekolah-sekolah lainnya. Semoga saja semakin banyak para penggerak Sekolah Ramah Anak, pun kian terwujud Sekolah Ramah Anak di Indonesia. 

33 komentar:

  1. Aku nggak nolak sekolah disini walaupun bayarannya tinggi, soalnya.. aku korban bullying dulu T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiks i feel you mbaaa. Semoga ga terulang dk anak anak kita yaah.

      Hapus
  2. Perhatian sama anak baik sebagai orang tua ataupun guru memang harus intensif dengan begini bullying dpt dihindari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, orangtua dan guru harus berkolaborasi #LawanBullying

      Hapus
  3. Keren nih mbak gerakan kantin kejujurannya, mengajarkan ank untuk bisa berbuat jujur. Kl sekolah seperti ini sih orangtua manapun pasti mau menuekolahkan anaknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Zamannya aku sekolah SMA sempat ada tapi ga bertahan lama. Eh pas di kamps ternyata ada, semacan mahasiswa yg suja naruh barang dagangan di depan musholla, anggap aja kantun kejujuran 😅

      Hapus
  4. Bullying membuat trauma tersendiri ya. Masa SMP dulu akupun pernah jadi korban bullying krn ga berani melawan dan karenanya ku selalu mengajarkan anakku untuk berani melawan siapapun yg mencoba membully dia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ku juga pernah mba mrsku bukan fisij yg dilukai, tapi mental krn ada tmen yg suka minta/nyontek PRku :(

      Hapus
  5. Wah, noted banget ini Mbak, sapa tau kelaak sy bs jd kepala sekolah. Wkwkkkk... Yah kali aja suatu saat ntar balik lagi ke dunia persekolahan.

    BalasHapus
  6. Setuju banget mbak dengan artikel ini, semoga makin banyak sekolah ramah anak, demi masa depan bangsa

    BalasHapus
  7. Selain ajaran dari kita para orang tua, di sekolah pun juga perlu saling supporting.
    Bullying itu memang menyakitkan. Insha Allah anak-anak kita tidak berbuat bully org dan tdk termasuk kategori di bully..

    BalasHapus
  8. Tawuran itu memang mengerikan sekali, sampai adikku dulu pernah terluka berdarah-darah. Dibutuhkan sekolah seperti ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. SMA ku dukuuuu banget sbelum aku nasuj, suja tawuran. Makanya sempat ga mau sekolah disitu tapi akhirnya luluh pas ngeliat bener ga ada lagi tawuran.

      Hapus
  9. Wah idaman para orantua nih, sekolah ramah anak dan sesuai dengan kebutuhan anak ��

    BalasHapus
  10. Waaw keren ya idenya, apalagi yang kantin kejujuran karena godaan banget ini, ngambil kembalian sendiri which is besar sekali kesempatan untuk mengambil yg bukan haknya. Saya rasa tiap sekolah perlu menerapkan ini.

    BalasHapus
  11. Anak2 kita terlalu banyak konsumsi film atau drama luar juga sinetron yg menampilkan bullying di sekolah. Jadi buat sekolah seperti neraka. Kasian.

    Kantin kejujuran tuh udah banyak diterapin dari jaman saya masih jadi guru. Dan efektif melatih anak untujlk jujur. Semoga makin banyak yang menggunakan ya.

    BalasHapus
  12. Wah, dr semja gerakan itu ak plg ngeh sm gerakan kantin kejujuran. Ini kayak serial anak mamakmya tere liye yg judulnya pukat ya.. Keren laah idenya. :)

    BalasHapus
  13. karena itu banyak ortu yang memilih skul yang sistem pendidikannya lebih ketat dan utamakan pendidikan akhlak
    saya juga memilih skul seperti itu
    rata rata skul swasta yang berbasis agama terpadu ..tapi bagus jg nih skul negeri menerapkan hal seperti
    semoga makin banyak skul negeri yang menerapkannya

    BalasHapus
  14. Yang jadi pertanyaan aku, apakah para guru-guru audah terinformasi akan program-program ini ya? Klo sudah, harusnya bisa diterapkan di seluruh sekolah. Karena sampai saat ini aku masih mendengar beberapa kasus bullying.

    BalasHapus
  15. Masalah bullying ini memang sesuatu ya. Salah satu kekhawatiranku ketika mencari sekolah untuk si abang ya bullying ini. Anak yang kita rawat baik-baik, disayang-sayang, kalau sampe lihat dia dinakalin anak lain itu rasanya..ugh!

    BalasHapus
  16. Kantin kejujuran nih mba yang kliatan sepele tapi sangat penting untuk diajarkan sejak dini.

    BalasHapus
  17. Wah keren banget nih. Sekolah ramah anak. Semoga semua sekolah menerapkannya ya.

    BalasHapus
  18. Kalo suami malah tidak ingin cepat-cepat menyekolahkan anak di sekolah akademis. Pengennya anak main-main aja dulu yang puas ^^

    BalasHapus
  19. Idenya keren semua, Mbak, dan mestinya setiap sekolah mewujudkannya, seperti anti bully dan kantin kejujuran. Ini juga cara membentuk karakter anak jadi lebih baik kan ya.

    BalasHapus
  20. Inovatif sekali program sekolah ramah anak dan kantin kejujuran ini. Menanamkan sikap gentle sedari dini terhadap anak-anak.

    BalasHapus
  21. Guru-guru sekarang memang punya PR baru yang besar. Mengatasi bullying yang pasti tidak semudah kelihatannya. Sekolah ini pantas jadi contoh.

    BalasHapus
  22. Baguss banget konsepnya! Setuju sama memutus rantai senioritas dan anti bullying. Ini salah satu sumber stress anak-anak

    BalasHapus
  23. keren nih sekolahnya.. semoga bisa diterapkan sama sekolah2 lainnya ya.. aku suka sedih sendiri kalau ada berita2 tentang bullyying :(

    BalasHapus