Saat duduk di bangku kuliah, aku tidak sekadar kuliah tapi juga berorganisasi dan mengajar. Saat itu aku menjadi guru TPA di masjid fakultas, mengajar anak-anak usia dini yang tinggal di wilayah sana. Selain mengajar ngaji Al Qur'an, aku juga selalu mendongengkan mereka, tentunya dengan cerita-cerita Islami.
Tidak hanya itu, aku juga beberapa kali emngikuti kegiatan kerelawanan dan menjadi pendongeng amatir bagi anak-anak. Ya, masih amatir, tanpa properti ini itu, tapi aku menyukainya. Jujur saat itu orientasiku hanya karena aku suka dengan anak-anak.
Mana paham aku bahwa ternyata bercerita atau mendongeng punya banyak manfaat buat anak-anak?
Sebagai orang tua dengan anak balita, aku tahu dan sepakat bahwa perkembangan fungsi kognitif anak berada dalam masa puncak pada usia 2 tahun dan terus berkembang hingga usia 5 tahun. Karenanya nutrisi, stimulasi dan afeksi yang cukup sangatlah penting. Terlebih saat ini kita sedang dihadapi dengan tantangan Covid19. Pemantauan tumbuh kembang dan kesehatan anak pada masa ini sangat penting, mengapa?
Semasa single, bisa dibilang aku minim banget ilmu pengasuhan karena merasa "belum waktunya", "masih jauh" dan pikiran lainnya yang serupa. Sampai akhirnya takdirNya menggariskan aku menikah di saat status diri masih sebagai mahasiswi sarjana. Dan ternyata sebulan setelah menikah, aku dinyatakan hamil. Benar-benar langsung praktik jadi orangtua! Meski syukurnya, aku sempat belajar dalam masa penantian lahirnya si bayi lewat membaca buku, mengikuti seminar hingga berkonsultasi dengan mereka yang sudah berpengalaman terlebih dahulu.
Saat itu, Februari 2019, aku mengambil beasiswa short course Montessori yang kudapatkan dari Montessori Haus Asia. Salah satu teman sekelasku ternyata adalah teman blogger, namanya mom Gesi. Dia bercerita, dia juga sedang (atau sudah?) mengambil course therapy play. Disitulah kali pertama aku mendengar istilah therapy play. Hanya sekadar disitu.
Hingga akhirnya di bulan Desember 2020 aku mendapatkan kesempatan mengenal lebih jauh soal therapy play. Bermula saat salah satu penerbit mitra Birupink Bookstore menerbitkan buku Play The Danish Way. Setiap pembeli masa PO mendapatkan kesempatan ikut Kuliah Telegram (kultel) bertema Therapy Play.
Anak tumbuh sehat secara fisik, psikis, emosional dan spiritual, siapa yang tak mau? Sebagai orangtua tentu kita harus cermat dalam mengasuh anak termasuk dengan memperhatikan kecukupan gizi. Bicara gizi, bicara juga soal perncernaan anak. Nah tempo hari aku mengikuti live IG yang diselenggarakan oleh Buumi Playscape. Kegiatan ini dipandu oleh mom Natasha Guna (co founder Buumi Playscape) dan dihasiri Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K) (dokter anak, konsultan gastroenterologi) selaku narasumber.
Tagline #dirumahaja menjadi trending sepanjang sembilan bulan terakhir. Bukan sekadar trending, pada praktiknya juga demikian. Pandemi membuat sebagian besar orang berkegiatan di rumah saja. Mulai dari kegiatan rutin, belajar hingga bekerja, semuanya di rumah saja. Nah karenanya rumah harus menjadi tempat ternyata, ya terlepas pandemi atau tidak.
Kalau sebagian orang bilang, masa SMA paling berkesan. Bagiku? Masa kuliah, masa penuh kisah. Unforgettable! Di tahun pertama ...