Aku pribadi? Makin sedikit barang, makin sedikit waktu membersihkan, makin bahagia, makin banyak waktu buat baca dan nulis dan main sama anak :D
Makin Sedikit Makin Bahagia, itulah judul buku yang kutamatkan beberapa waktu lalu. Saking bagusnya menurutku buku ini, aku ingin kalian juga menyelami apa sih konten buku ini.
Spesifikasi Buku
Judul: Chicken Soup For The Soul: Makin Sedikit Makin Bahagia (The Joy of Less)
Penulis: Amy Newmark, Brooke Burke Charvet
Jumlah Halaman : 436
Terbit : Februari 2018 & Mei 2018
ISBN : 9786020361246
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 434
Berat : 350 Gram
Dimensi : 14 x 21 Cm
Bahasa : Indonesia
Cover : Soft
ISBN/EAN : 9786020361246
Sebelum beranjak mereview buku ini, aku mau mengawali dengan penjelasan soal impulse buying, kegiatan membeli atau berbelanja sesuatu karena impulsif padahal tidak dibutuhkan, hanya mengikuti hawa nafsu. Misalnya, melihat iklan suatu produk di ecommerce muncul, hanya karena "lucu", "sedang diskon" atau alasan seenis lainnya akirnya membuat kita "kalap" langsung checkout dan membayarnya.
Ada lagi yang namanya panic buying. Apakah di antara kalian masih ingat fenomena melangitnya harga masker dan handsanitizer di awal pandemi? Atau video viral yang memperlihatkan orang-oang berebut membeli sebuah merek susu? Bisa dibilang, dua fenomena di atas termasuk panic buying, membeli karena didasari rasa panik sehingga biasanya berbelana di luar nalar dan kebutuhan. Ya, cemas dan takut kehabisan stok atau takut suatu saat butuh.
Impulse buying dan panic buying erat kaitannya dengan konsumerisme, sebuah gaya hidup yang menganggap barang-barang (khususnya barang mewah) sebagai ukuran kebahagiaan dan membuat seseorang ingin terus mengkonsumsi/membeli secara berlebihan.
Konsumerisme ini pada akhirnya menimbulkan hoarding (menimbun) dan menjadikan pelakunya sebagai hoarder (penimbun). Menimbun artinya memiliki barang yang terlalu banyak, bahkan akhirnya membuat ruang sesak dan menghasilkan clutter (keberantakan). Memang, ketika mendapatkan dan memakai suatu barang ada perasaan bahagia karena mungkin kita mendapatkan dengan jerih payah. Tapi apakah semua itu jaminan kebahagiaan?
impulse buying = konsumerisme = membeli karena nafsu & tidak sesuai kebutuhan
Nah, gaya hidup minimalis hadir sebagai solusi sekaligus pilihan bijak meminimalisasi konsumerisme, impulse buying, panic buying dan sejenisnya.
Sekilas Isi Buku
Sesuai sub judulnya, ada 101 kisah di dalamnya dengan tema Mengubah Hidup dengan Melepaskan Apa yang Dimiliki yang dibagi menjadi 9 bab. Berikut ini judul bab dan beberapa highlights yang aku dapatkan dari kisah-kisah di dalamnya.
- dari hobi belanja ke decluttering pakaian
- decluttering untuk nomaden living
- merupiahkan isi rumah
- melepaskan catatan harian
- bersyukur dengan rumah saat ini
- melepaskan benda peninggalan
🌱 Bab 2: Kebahagiaan dari Berkata Tidak
- resign karena tidak sesuai hati & punya prioritas
- mengambil jeda rutinitas
- menolak tawaran, berhenti ngga enakan, utamakan kebutuhan & ketertarikan
- mencari alternatif daripada mengharuskan diri
- pilah-pilah berbuat baik
🌱 Bab 3: Apa yang Kita Butuhkan Adalah Lebih Sedikit
- pindah ke pinggiran untuk slow living
- melepaskan gudang penyewaan
- membeli bekas sebelum yang baru
- mendonasikan ke organisasi sosial
- mendapatkan cuan dari hasil decluttering
- menyederhanakan printilan rumah
- unsibscribe email tak penting
🌱Bab 4: Bahagia Tanpa Pirantik Elektronik
- lebih sedikit teman dunia maya
- melepaskan televisi
- menghapus aplikasi tak penting
- malam tanpa pirannti bagi keluarga
- mengurangi "sedikit-sedikit selfi/foto"
- berhenti belangganan TV kabel
🌱Bab 5: Kebahagiaan dari Berbagi
- pesta melepaskan barang dengan bercerita lalu mendonasikannya
- patungan mesin bajak
- memberikan kelebihan barang pada yang membutuhkan
- freecycling, hibah barang dan menghindari membuang ke landfill
- mimpi bahwa barang itu harus dialihkan ke pemilik baru
🌱Bab 6: Lebih Sedikit Jauh Lebih Banyak
- menghibahkan gratis ke yang membutuhkan
- meminjamkan barang/buku
- yang tidak kita pakai, dibutuhkan orang lain
- musibah kebakaran membawa hikmah
🌱Bab 7: Kebahagiaan di Jalan
- mengurangi berswafoto
- ruang yang lebih kecil lebih membahagiakan
- mengajarkan kesederhanaan pada anak lewat peringatan ulang tahun
- metode kebakaran untuk memilah barang
🌱 Bab 8 : Menghitung Berkat
- kadang memiliki terlalu banyak barang bisa berarti menahan rezeki orang lain
- rezeki tinggal di rumah yang lebih kecil: tetangga lebih dekat
- makan dengan sederhana: berkebun dan menananm pangan sendiri, di akhir bulan "mix them all"
- mengurangi self reward berlebih
- kebahagiaan bukan pada benda tapi oang, pengalaman
🌱Bab 9: Kebahagiaan dari Memulai Kembali
- mengalami kecelakaan dan penghasilan berkurang
- berhenti menggunakan kartu kredit
- resign untuk berhenti mnegear "hanya sedikit saja lagi" dan merasa cukup
- emas yang tercuri menyadarkan untuk berhenti dari kemelakatan
- kehilangan anak dan meninggalkan kemewahan
- decluttering pakaian dan memilih hanya warna hitam
🌱Bab 10: Pelajaran dari Memiliki Lebih Sedikit
- "terpaksa melepaskan barang-barang karena kapasitas truk pindahan
- mengobral barang decluttering
- atuan 20
- mengalihkan perhatian dari duka dengan memperhatikan rumah
- melowongkan isi lemari, menghemat waktu berpakaian
- decluttering membuat tidak berburu-buru berbenah ketika tamu datang
- proyek 52 sebagai persiapan warisan bagi anak
Oh ya sesuai namanya, buku ini emg ngga secara gamblang membahas minimalism, tapi tentang bagaimana mereka mengalami life changing begitu melepaskan barang, hidup lebih sederhana, menghindari impulsive buying, mengurangi mind clutter.
"Fakta" Memiliki Lebih Sedikit (Melepaskan)
Melalui buku ini, kita akan dihadapkan dengan beragam "fakta" tentang melepaskan yang sudah dirasakan oleh para penulisnya sendiri. Apa saja "fakta" tersebut?
Jauh lebih mudah melepaskan barang ketika kita membayangkan barang tersebut akan lebih bermanfaat pada pemilik barunya
- alih-alih memiliki barang, merekalah yang "memiliki" kita
- memiliki begitu banyak adalah cara mencuri waktu dan kebahagiaan, dan sebaliknya.
- mungkin ada barang-barang yang kita miliki yang tidak apa-apa jika tidak ada entah karena tidak pernah dipakai atau artinya sudah tidak butuh
- meskipun barang-barang sudah dilepaskan, tapi kenangannya tetap terbawa
- kita mungkin hanya benar-benar menjalin koneksi dengan sedikit teman dunia maya
- sebagian besar dari kita akan melupakan dan tidak merasa kehilangan barang yang sudah dilepaskan.
- hidup tidak terhubung oleh benda-benda tapi kisah dari benda-benda.
- sebagian orang measa ragu berkata tidak padahal itu tidak apa-apa.
- terkadag ada kebahagiaan dalam benda-benda dan baru akan terpancar ketika kita melepas (memberikan)nya.
Dampak Memiliki Lebih Sedikit (Melepaskan)
Lantas apa sih dampak atau manfaat dari memiliki lebih sedikit dengan melepaskan?
- merasa (lebih) terhubung
- menghilangkan kemelekatan secara fisik
- merasa berharga dan diri bermanfaat
- berhenti mengejar kesempurnaan
- kebahagiaan memberi dan berbagi
- memperbanyak syukur, merasa lebih beruntung
- mengurangi menyianyiakan waktu
- tidak telalu padat jadwal dan komitmen, membuat lebih damai
- hidup berfokus pada apa yang dimasukkan dalam hati, bukan dalam rumah
- memberikan perasaan bebas
- melepaskan memberikan manfaat domino
Things to Have Minimalist Living
By The Book
Di bagian ini aku akan lebih mengulang dari apa yang disebutkan di blurb namun ada beberapa yang sedikit aku adjust. Sedikit tapi maknanya besar berbeda, hehe. Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan untuk mulai menerapkan hidup minimalis.
- Menyingkirkan semua barang yang ada di rumah hingga mencapai standar cukup.
- Mengatakan ''"tidak''' pada hal-hal yang tidak dikehendaki.
- Memutuskan pindah ke rumah yang sesuai dengan kebutuhan keluarga
- Memangkas jadwal yang terlalu padat.
- Memutuskan tidak membeli barang dan hanya memakai apa yang sudah ada.
- Mematikan smartphone untuk sejenak tidak terhubung.
Tentang Berkata Tidak
Soal berkata tidak ini buatku sangat berkesan karena aku pernah berada di posisi dimana sangat sulit berkata tidak atau menolak, entah itu pemberian ataupun penawaran. Alhasil itu menyulitkan ku sendiri huhu.
Di buku Lagom, soal berkata tidak juga dibahas. Berkata tidak merupakan karakter orang Denmark.
berkata tidak adalah hak setiap individu.
sebagian orang merasa ragu berkata tidak padahal itu tidak apa-apa.
berkata tidak artinya memberikan kesempatan pada yang lain
untuk berkata ya pada hal essential
Meski begitu, berkata tidak juga sebaiknya dilakukan dengan cara yang baik. Misalnya, awali dengan ucapan terimakasih, menolak dengan kata santun dan jika memungkinkan bisa memberikan alternatif lain.
Makna Implisit Makin Sedikit Makin Bahagia
Secara eksplisit mungkin kita ngga akan menemukan makna makin sedikit makin bahagia namun secara implisit, makna yang bisa kuambil antara lain:
- lebih sedikit barang, lebih sedikit usaha, biaya dan waktu membersihkan
- lebih sedikit stres, lebih bahagia
- lebih sedikit memiliki, lebih bebas
- lebih sedikit barang, lebih lapang ruang
- lebih sedikit barang, lebih hemat uang (tidak rmenyewa)
- lebih sedikit jadwal dan komitmen, lebih banyak fokus
Sebagai penutup, menerapkan hidup minimalis bukan soal berlomba-lomba punya barang paling sedikit melainkan sesuai standar cukup tiap individu. Fokuskan diri pada apa yang penting dan dibutuhkan dan kurangi apa yang tidak penting. Bijkalah terhadap hidupmu sendiri.
Referensi:
https://greatmind.id/article/on-marissa-s-mind-konsumerisme
Hidup minimalis dan sederhana dalam berkecukupan itu memang sulit karena budaya kita yang dari awal sudah salah. Thanks sudah berbagi tentang buku yang sangat luar biasa tentnag hidup minimalis untuk menuju kebahagiaan.
BalasHapusMenurutku semakin dewasa seseorang, semakin sedikit yang diinginkan, tapi itu hal-hal esensial. Semua orang pastinya berproses sampai bisa memahami "less is more" ya :)
BalasHapusWah sampai ada bahasan tentang berkata tidak. Iya juga sih, kadang kalau semua kita terima ya ujungnya malah menyusahkan diri sendiri.
BalasHapusHuwaaa aku jadi pengen nyari bukunya juga deh.
Masih sulit banget nerapin hidup minimalis, padahal banyak banget ya manfaatnya. Harus lebih rajin sortir barang sama hindari beli yang gak penting nih
BalasHapussaya pernah ngalamin masa belanja banyak karena takut harganya akan naik
BalasHapus(terdampak isu)
sesudah dihitung2, selisih harganya gak ada artinya karena terpaksa naik taxi
padahal biasanya belanja cukup naik angkot :D :D
Menjalankan pola minimalis yang lagi hype dan digandrungi para mahmud memang ga segampang itu, ada trend juga yang merasukinya. Sepakat banget kalo menjalankan minimalis bukan soal berlomba-lomba memiliki barang paling sedikit, tapi standar cukup tiap individu sesuai dengan porsinya masing2.
BalasHapusKayaknya banyak barang malah bikin stress itu ada benarnya kak. Haha
BalasHapusAku mengalami itu, rumahku banyak barang gak penting, mau dibuang tapi gak boleh sama nenek. Jadinya kalau beberes PR banget, perlu waktu lebih, dan tenaga lebih. Udah gitu sekarang rumah yang aku tinggali juga gede banget, kalau bersih² kayak nggak kelar-kelar. Duh!
Wah jadi pengin jajan buku ini dek. Lagi belajar untuk menerapkan konsep hidup minimalis. masih banyak PR sih dan butuh banyak input dari buku atau sharing
BalasHapusWaduh kok jadi pingin baca juga ya Mbak. Hehe
BalasHapusHidup minimalis ini topik menarik buat saya karena keluarga (orang tua) belum minimalis. Semoga nanti saya bisa menerapkan minimal dari ruangan sendiri.
Makasih sharing insightnya Mbak
Gerakan hidup minimalis gini memang sedang ramai diperbincangkan ya. Soalnya Kita suka beli barang ga perlu lalu menumpuk Dan bikin ga hepi. Padahal dari zaman Nabi juga udah dibilang jangan berlebihan
BalasHapusMembaca buku ini pasti magnet banget ya kak, Kita jadi termotivasi hidup cukup nggak berlebihan. Damai
BalasHapusMasya Allah, semoga bisa terus istiqomah ya, keren banget memang hidup minimalist nih rasanya lebih tenang ya mba, dan lebih lega jg gitu karena yangg keliatan gak banyak barang tidak berguna yang numpuk :)
BalasHapus