Review Film Happy Old Year dan Enam Langkah Melepaskan Barang-barang

 

Happy Old Year

Seperti yang pernah aku bahas di tips awal memulai hidup minimalis, aku menyarankan buat menonton film yang berkaitan dengan minimalis atau decluttering. Salah satunya adalah Happy Old Year. Jujur aja aku bukan tipe yang preferensinya menonton film, melainkan lebih ke baca buku. Tapi demi mencari inspirasi gaya hidup minimalis, baiklah aku lakukan.

And.. finally I've watched it over!

Sepanjang nonton, ngga ada kata ngantuk. Yang ada pengen  nonton terus sampai habis. Iseng-iseng nanya di sosmed siapa yang mau baca reviewnya, ternyata lumayan banyak. Baiklah aku review ya!


Cerita dalam film ini punya alur mundur (flashback). Dimulai ketika pemeran utama, Jean 
(Chutimon Chuengcharoensukying) diwawancarai oleh  seorang wartawan tentang bagaimana akhirnya ia berhasil menyulap rumahnya yang penuh barang-barang menjadi sebuah kantor minimalis, dengan sedikit barang.
Banner Happy Old Year


Cerita pun bergerak mundur.

Jean baru saja menyelesaikan studinya di Swedia dan kembali ke Thailand. Ia jatuh cinta pada konsep hidup minimalis dan berencana merombak rumahnya, yang dulunya merupakan toko reparasi barang, menjadi sebuah kantor bergaya minimalis. Rumah mereka begitu penuh sesak dengan barang-barang. Itu artinya ia harus menyingkirkan sebagian besar barang di rumahnya.

Baca Juga: Review Buku Seni Membuat Hidup Jadi Lebih Ringan

Di rumah tersebut ia hidup bersama adik laki-laki, Jay, dan ibunya yang telah lama berpisah dengan sang ayah. Jean pun mengungkapkan keinginannya tapi sang ibu menolaknya mentah-mentah sementara Jay masih maju mundur. Namun akhirnya sang adik berada di pihak Jean.

Jean yang begitu visioner tak mau patah arah, dia bertekad akan tetap membenahi isi rumahnya. Disinilah konsep decluttering mulai terlihat. Dan disini pulalah perjalanan Jean untuk melepaskan pun dimulai.

Bebenah
Jean dan Isi Rumahnya
(sumber: SMCP)


Film ini mengalirkan ceritanya dengan menyampaikan langkah-langkah dalam decluttering atau melepaskan barang-barang. Itulah alasan kuat mengapa film ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang akan atau sedang menerapkan gaya hidup minimalis.
Di akhir review, aku akan sampaikan langkah-langkah melepaskan yang ada dalam film ini.

Happy Old Year adalah sebuah perjalanan panjang melepaskan barang-barang dengan beragam konflik yang rasanya kerap dijumpai dalam dunia nyata. Menonton film berdurasi 1 jam 53 menit ini bikin aku bergumam "ah iya banget", "bener juga ya" dan lain sebagainya. Happy Old Year juga bisa dibilang film bergenre roman karena nilai romantismenya lumayan menguasai sebagian besar cerita. Uwwuu baper~

Dalam proses melepaskan, Jean ditemeni oleh Pink sebagai "penasihat" nya. Dia berusaha mencari inspirasi dari beragam majalah dan meminta saran dari Pink. Jean dan Jay selama beberapa hari pun memulai kegiatan decluttering mereka. Di awal memang mereka begitu lancar melepaskan, tapi ternyata lama kelamaan, galau! Apalagi Jean, padahal dia yang mewanti Jay untuk lepaskan saja.

Bebenah
Jean dan Kantong Hasil Decluttering
(sumber: Cineverse)


Ada satu scene yang menarik, yaitu saat Pink menemukan barang pemberiannya di kantong sampah. O-ow suasana pun menegang. Jean menganggap hal yang dilakukannya lumrah, karena barang tersebut sudah tak bermanfaat baginya. Tapi Pink merasa cukup sakit hati.

Scene selanjutnya, giliran Jean menemukan syal darinya untuk Jay di kantong sampah. Dia sempat sedih dan merasa "senjata makan tuan".

Saat decluttering, Jean mulai dipaksa melawan kenangan dari masa lalu. Ia menemukan banyak barang yang nyatanya berasal dari masa lalu, salah satunya barang milik mantan pacarnya, Aim yang diperankan oleh Sunny.

FYI, Jean dan Aim sudah berpacaran sejak Jean studi di Swedia. Jean sangat dekat dengan ibu Aim. Sayangnya Jean di perjalanan studinya, memutuskan kontak dengan Aim dan "menghilang". Disini ngga dijelaskan alasan Jean. Nah makanya dia galau banget waktu mendapati kamera Aim masih di rumahnya. Pengen dibuang, tapi.. ah.. akhirnya ia memutuskan untuk mengirimnya lewat pos meskipun jarak rumah mereka hanya beberapa blok.

Ternyata paket Jean ditolak! Mau ngga mau dia datang langsung ke rumah Aim. Dan.. akhirnya mereka bertemu. Aim mengaku tidak marah terhadap apa yang sudah Jean lakukan pada dirinya; meninggalkannya tanpa pesan. 

Happy Old Year
Aim & Jean
(sumber: IMDB)

Dari situ, Jean tahu bahwa alasannya adalah karena Aim sudah move, terbukti dari kehadiran pacarnya, Mi, di rumah Aim. Disini kerasa banget gimana perasaan Jean yang sepertinya masih menyimpan sesuatu. Ambyar~

Ah yang penting aku sudah berhasil mengembalikan barang itu dan barang-barang lainnya. Begitu mungkin pikir Jean.

Happy Old Year
Pemeran "Happy Old Year"
(sumber: thantuong TV)

Yah meskipun ternyata "urusan" mereka ngga berhenti sampai disitu.

"Dumping a person isn't like dumping a thing." Pink (Happy Old Year)

Ah suka banget kata-kata Pink ini!

Meskipun sudah tidak ada hubungan, nyatanya ada beberapa momen tak terencana yang membuat Jean dan Aim "harus bertemu". Misalnya saat teman mereka yang ingin menikah, meminta salah satu foto pada Jean dan ternyata foto itu ada di hardisk Aim. Atau ketika keduanya mengunjungi makam ibu Aim demi menebus rasa bersalah Jean pada ibu Aim. 

Duh kebayang ngga sih ada di posisi Mi?

Eits walaupun begitu, Jean sama sekali ngga berniat merebut Aim dari Mi, lho! Dia cukup dewasa menerima segalanya. Tapi takdir berkata lain... Suatu hari Mi menemuinya dan membuat keputusan tak terduga. Penasaran? Nonton dong filmnya *sengaja bikin kepo.

Singkat cerita, urusan Jean dengan Aim dan Mi pun selesai. Urusan Jean dengan barang-barang milik temannya yange ada di rumahnya pun juga selesai, kembali pada sang pemilik. Singkat kata, Jean berhasil melepaskan. Aim sempat memberikan kotak berisi barang-barang Jean yang masih ada padanya. 

Happy Old Year
Tambahkan teks

Tapi ternyata... 

Konflik yang muncul di awal kembali memanas di tengah cerita yaitu soal piano ayah Jean. Sang ibu masih tak mengizinkannya menyingkirkan dari rumah mereka. 

Happy Old Year
Jean & Piano Ayahnya
(sumber: IMDB)

Ibu Jean merasa piano tersebut adalah barang sentimentil baginya. Jwan berusaha mengenyahkan perasaannya, meski ia merasa punya kenangan pula seperti ibunya. Duh bener-bener ngga semudah itu ya decluttering~

The End

Oke, sekarang yuk kita bahas apa saja sih langkah-langkah melepaskan yang dijelaskan dalm film ini.

#1 Set Goals & Find Inspirations
Yes, tahap pertama sebelum melepaskan adalah buat tujuanmu dan carilah inspirasi. Untuk apa kamu melepaskan? Apakah sekadar membuat rumah lapang atau untuk ketenangan jiwa atau untuk didonasikan juga?
Lalu, temukan inspirasi dari buku, majalah, web ataupun mereka yang telah lebih dahulu melakukannya.

#2 Don’t Reminisce The Past
Tahap selanjutnya, lewati kenangan pada barang. Artinya berhenti mengenang masa lalu saat membereskan barang-barang. Alih-alih berhasil melepaskan kamu malah bisa hanyut dalam kenangan jika terperangkap masa lalu.
Kamu cukup fokus pada "apakah benda ini masih bermanfaat untukmu?"
Tak harus seperti Jane yang langsung membuang semua barangnya, lalu mengambilnya kembali karena menyesal.

#3 Don’t Feel Too Much
Tahap ketiga saat melepaskan: jangan melibatkan perasaan. Mirip-mirip langkah kedua tapi ini lebih ke kemampuan melepaskan perasaan pada barang. Kalau susah, kamu bisa take your time. Kalau udah yakin tapi masih ragu (?), kamu bisa foto barangnya sebagai bentuk kenangan terakhir.
Kuncinya, tetapkan tujuan di awal, ingat kembali ketika mulai baper. 

#4 Don’t Waver, Be Heartless
Jangan goyah, sesekali kejam, tak mengapa.
Ketika kamu mulai goyah oleh kenangan dan perasaan, coba sedikit "kejam". Misalnya, barang-barang pemberian "orang masa lalu" better disingkirkan sih~ 

#5 Don’t Add More Things
Ketika sedang dalam proses melepaskan, ada baiknya kita tidak menambah barang sampai barang-barang yang ingin dilepaskan berhasil lepas.

#6 Don’t Look Back
Ketika sudah berhasil melepaskan, sebaiknya jangan lagi melihat ke belakang. Itu hanya akan membuat kita kembali galau, akhirnya mengambil barang itu lagi dan gagal melepaskan~

Sungguh sebuah film dengan banyak pesan moral di dalamnya. Selain pesan tentang melepaskan, ada pesan lainnya yaitu nilai sebuah keluarga, pentingnya menjaga hubungan alih-alih hilang tanpa kabar.

Oh ya karakter Jean sebagai seorang minimalis diperkuat dengan OOTD nya yang serba hitam-putih, meskipun menurutku pribadi, menjadu seorang minimalis ngga berarti harus hitam putih. :D

Jadi, bagaimana? Apakah kamu pernah di posisi Jean?
Dan.. apakah sudah cukup baca reviewnya tanpa harus menonton filmnya? Atau malah  makin penasaran dengan filmnya?


89 komentar:

  1. Wah penasaran sama jean dan aim nih mbak. Betul bgt mau decluttering barang teh suka terperangkap dalam masa lalu huhu, dibuang sayang dipake kagaa

    BalasHapus
  2. Wah bagus juga cerita yang sangat menyentuh . Decluttering baruang itu akan mempermudah menemukan barang tapi masih banyak yang takut kehilangan memory barang2 ...

    BalasHapus
  3. Dan saya yg selalu masih goyah, ga bisa sama sekali kejam, hehehe

    Barang-barang pemberian "orang masa lalu" khususnya orang tua dan teman saat kerja di luar negeri selalu jadi alasan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Take your time teh.. semoga segera diberi keikhlasan hehe #notetomyself juga

      Hapus
  4. Hidup minimalist memang lagi banyak diperbincangkan ya. Kadang kita menumpuk terlalu banyak barang ga perlu salad hidup kita

    BalasHapus
  5. PR banget buat saya urusan decluttering. Memamng masih suka susah buang barang. Apalagi kalau meninggalkan kenangan. Ini film yang menarik!

    BalasHapus
  6. Wah seru yaa 😁 langsung penasaran sama filmnya, udah nyari di netflix tapi ga muncul. Brati film Thailand ini ya mba. Aq termasuk sering decluttering, tujuannya biar lebih mudah dalam beberes, rasanya emang lega bgt tiap abis 'melepas'

    BalasHapus
  7. terkadang nonton film ga sembarang nonton aja, tapi menyiratkan pesan untuk kita ambil manfaatnya, termasuk film di atas, yang kaya makna.
    Nah kalo aku, diajarin orang tua, kalo barang sesuai kebuttuhan aja dan berfungsi. Kek baju, kalo beli 2 harus ada yang keluar dua juga.

    BalasHapus
  8. Menarik banget, mbak Visya. Kebetulan saya tertarik dengan tema-tema minimalis dan baru mendengar tentang film ini. Biasanya yang banyak beredar adalah film dokumenter. Sangat layak masuk kantong, ini. Terima kasih sharingnya ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sama Mbaak. Aku malah belum pernah nonton Yang dokumenter hehe

      Hapus
  9. Sejak baca buku Marie Kondo saya juga jadi lebih sering beberes dan membuang barang yang tak penting. Emang sih minimalis harus diingetin tapi saya lebih suka memakai kata bersahaja karena lebih kaya dan bijaksana hehe makasih sharingnya nanti saya nonton juga deh

    BalasHapus
  10. Saya pengin nonton film ini.
    Tau gak Mba? Kemarin saya setelah baca post IG Mba soal kurangi barang di rumah, besoknya saya langsung eksekusi, buang yang gak bermanfaat dan jual yang masih layak, alhamdulillah sekarang plong rumahku hehehe. Makasih ya Mba :)

    BalasHapus
  11. yeay!! akhirnya nonton film ya vis hihi
    aku jadi penasaran sama happy old year ini, karena aku type jarang suka sama film dokumenter gitu :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah wkwk btw ini bukan dokumenter Dys~

      Hapus
  12. Memulai hidup minimalis ini
    harus dengan kesadaran dan kemauan penuh. Pernah saya menyingkirkan barang2 yg menurut saya sampah, tp suami saya suatu saat akan dibutuhkan, eh kok ndilalah kbeneran barang itu dicari lagi krn perlu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah qadarallah ya Mbak alhamdulillah belum kebuang hehe

      Hapus
  13. Membuang sebagian barang artinya membuang sejarah waktu memilikinya 😭

    Memang kudu niat kuat utk memilih dan memilah yg mana yg harus dipertahankan dan yg mana yg harus dihibahin ke org 😁

    BalasHapus
  14. Buat yang masih gagal move on kayaknya film ini sangat direkomendasikan yaa teh hehe. Aku jadi penasaran banget nih sama filmnya hehe. Mau cari ah hhihi

    BalasHapus
  15. Fix saya jadi penasaran sama film Film Happy Old Year. Ada di Netflix gak Mba? Dan makasih banget udah sharing 6 tips soal melepaskan barang 2 hehe

    BalasHapus
  16. Aku pgn cari filmnya mba, kayaknya menariiik. Udah lama banget ga nonton film Thailand. Akutu udh mulai utk decluttering barang2 di rumah. Apalagi ini dulunya rumah mertua yg diksh ke kita. Nah ada gudang besar di atas yg mana isinya ampuuuuuun ga tau apaan deh. Hrsnya tuh ruangan bisa dibikin kamar lagi kek, ato apaan, malah jd nyimpen barang ga jelas. Itu mau aku bongkar dan buangin sih mba. Walopun kata suami banyak yg isinya barang berharga pas mertua msh dinas di LN. Mungkin kalo BRG berharga aku jualin aja sih , sayang juga kalo dibuang :D. Soalnya mertua sendiri 2-2 nya udh ga ada, makanya aku pikir itu gudang mah aku beresin Ampe bersih.

    BalasHapus
  17. Andaikan semua orang mau hidup minmalis ya?
    Maka bumi ngga akan terlalu berat menanggung beban
    Karena awal semua barang kan keinginan konsumtif bukan kebutuhan

    BalasHapus
  18. Pas pindahan 3 bulan lalu, saya melakukan decluttering mba. Mungkin awalnya bukan dari hari sih. Tapi dari bentuk rumah yang lebih kecil.
    Namun akhirnya saya merasa nyaman dengan sedikit barang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akupun karena rumah minimalis awalnya Mbaak hehe

      Hapus
  19. Ide ide film thailand ini swru seru ya. Sederhana tapi touch banget. Dan ya ... berjuang buat hidup minimalis butuh kesadaran dan keikhlasan memang.

    BalasHapus
  20. pengen juga punya gaya hidup minimalis gini dan semoga saja saya segera mendapat hidayah biar g suka beli ini beli itu dan pada akhirnya bingung taruh mana, maklum emak2 nih kak tapi hati saya jg males aslinya rumah bila penuh

    BalasHapus
  21. Menarik sekali ya filmnya. Juga tentang gaya hidup minimalis yg mulai trending. Memang kalo dipikir2, kadang kita membeli barang yg sebetulnya tdk terlalu dibutuhkan. Makanya, seringkali barang tsb teronggok begitu saja, sayang banget.

    BalasHapus
  22. wah, aku harus nonton ini..ku lagi decluttering dalam rangka meminimalkan gaya hidup dengan cara memilah dan memilih yang perlu dan terpakai saja. Meski alasannya ga sama dengan Jean tapi relate. Dan memang jika barang yang mengandung kenangan itu cenderung kita simpan. duh!

    BalasHapus
  23. Aku juga mulai mengurang baju-baju dan kerudung nih, kemarin shock juga pas tau kerudungku banyak banget dan gak kepakai. Jadilah kemarin itu aku belajar untuk mengurangi dan harus rela.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sesekali emang harus menguras isi lemari yah mbak hehe

      Hapus
  24. Wahh ini film yg pas buat belajae beberes ya.
    Membuang yg tdk perlu

    BalasHapus
  25. Aku juga suka pilah pilah barang Mba, cuma kebanyakan barang yang ga terpakai lagi. Masih belajar nih memilih mana yang bisa direlakan untuk dibuang atau didonasikan mungkin.

    BalasHapus
  26. wah bener banget nih tipsnya untuk membongkar lemari dimana kerudung aku juga banyak yang tidak terpakai hanya jadi tumpukan di lemari jadi sempit

    BalasHapus
  27. Baru ikhlas nih kalau ingat, nanti pas dihisab mau jawab apa?
    Okedeh,kita pilih yg perlu saja bukan yg disukai...

    BalasHapus
  28. dulu sering nton film thailand..skg bergeser ke korea. Btw..film ini ngajarin bergaya minimalis ya....si Raditya dika jg dikenal dgn gaya hidup minamalis

    BalasHapus
  29. Film-nya recommended, walaupun selalu lupa namanya, Pemeran Laki-lakinya beberapa aku tonton di beberapa Film komedi, sepertinya di Film ini perannya cukup serius ya (makin penasaran). Thank you infonya ya Mba, rumah akan lebih bisa "bernapas" kalau barang2 yang sudah tidak terpakainya dikurangi ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa di beberapa film komedi si Sunny ini meskipun aku belum pernah nonton filmnya yang lain hehe

      Hapus
  30. Jadi penasaran pengen nonton filmnya deh , tapi tentang "melepaskan" barang-barang ini , alhamdulillah aku udah nyobain dan emang harus kuat mental , jangan lihat ke belakang , jangan sentimentil.hehehe

    BalasHapus
  31. Belum pernah nonton ini, ceritanya menarik juga nih. Mau cari ah.

    BalasHapus
  32. Beberapa film Thailand emang bagus banget sih ya, digarap dengan filosofi yang dalam. Ini durasinya berapa lama, mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1 jam 55 menit Mbaak. Iyaa aku baru nonton lagi nih film Thailand

      Hapus
  33. Kebetulan saya sedang suka film-film "berbobot" dari berbagai negara. kemarin-kemarin saya biasa nonton film India seperti "pad man", "mallesham", "mountain man", dsb.
    sekarang ada film thailand yang rekomended, terima kasih mbak. Kalau ada film "berbobot" yang rekomended lainnya, boleh mbak.

    BalasHapus
  34. Nah itu, kadang gatal juga utk gak nambah barang saat decluttering berlangsung, hihi... Aku aja belum kelar2 nih padahal entah udah berapa kardus...

    BalasHapus
  35. Setuju kak minimalis nggak harus minim warna ya hahaha...namanya juga film. Tapi benar adanya melepaskan itu pun berat tapi plong...eh

    BalasHapus
  36. Huaaa filmnya bagus. Film Thailand emang bagus-bagus ya. Mau nonton ah. Saya sekarang nggak berat ngelepas barang-barang. Walaupun nggak tahu itu namanya hidup minimalis tapi kayaknya aku udah nerapin itu hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah yah Mbak. Hehe. Akupun udah sejak 2017 tapi baru 2020 tahu itu swlah sayu valuenya minimalis

      Hapus
  37. wow, baru kali ini ada film yang mengangkat tema hidup minimalis, saya suka banget tema ini dan sepertinya akan jadi daftar wajib tonton. nice info

    BalasHapus
  38. aah bener banget nih ! Saat decluttering barang mantan, hmmm ada yang lgsg buru2 dibuang tapi ada yang "sayang klu dibuang karena kenangan di dalamnya". Justru sebenarnya lebih cepat lebih baik sih diabuang aja wkwkwkwkkw

    BalasHapus
  39. Kok menarik banget ini filmnyaaa. Wajib masuk daftar tontonanku, sih. Terima kasih review-nya, Kak! :D

    -Sintia
    www.sintiaastarina.com

    BalasHapus
  40. Aku tipe orang yang suka buang barang yg gaperlu termasuk buku yg udha ga dipake aku hibahkan hahaha. Pakaian yg udha sempit aq hibahkan atau buang

    BalasHapus
  41. Aku tipikal yang gak mudah melepaskan barang juga siih...karena memang barang bukan dinilai dari manfaatnya aja, tapi juga dari sisi historisnya.
    Heuheuu~
    Beraatt..berat.

    BalasHapus
  42. menarik yaa tema yang diangkat di film ini, unik banget tentang decluttering, yang ternyata gak semudah itu ya, apalagi untuk benda-benda yang punya kenangan tersendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi iya Mbak tantangan banget barang sentimentil itu

      Hapus
  43. Jadi kepikiran untuk beberes dan memilah banyak barang yang ada di lemari pakaian :) setelah baca artikel ini

    BalasHapus
  44. saya decluttering rumah enggak selesai selesai nih walaupun udah banyak banget barang yang dibuang :D

    BalasHapus
  45. saya juga udah mulai decluttering dan enggk selesai-selesai habisan disambi sama pekerjaan rumah :D

    BalasHapus
  46. Waaah jadi penasaran sama filmnya. Soalnya melepaskan barang apalagi punya kenangan itu susah.

    BalasHapus
  47. Kepo sama asama akhir ceritanya niy jadi mau nonton. Btw hidup minimalis tuh yang ppaling susah melepas barang dgn argument nanti kalau aku perlu niy barang gimana masa beli lagi hiks jd tuuh barang ga ada yg dilepas hehehe .. but thanks mbak tipsnya akan aku coba perlahan-lperlahan-lahan stepnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak akupun pernah berpikir demikian hehe. Perlahan lahan ajaa😁👍

      Hapus