Sambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Bersama Kemenkes RI dengan #SehatJiwa dan #CegahBunuhDiri



Dear Ladies, pernah ngga sih kalian ngerasa stress, frustasi dan sebagainya? Apalagi kita sebagai perempuan, sepertinya lebih berpotensi ya?

Aku pribadi pernah berada di titik mental terasa begitu down, tepatnya masa-masa awal melahirkan. Rasanya pikiran rumit, fisik lelah, kesehatan jiwapun melemah.

Berbicara soal kesehatan jiwa, hari ini 10 Oktober diperingati sebagai  World Mental Health Day atau Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) ke-27. Wow, sungguh kubaru tau. Kalian bagimana?


Kegiatan perayaan HKJS dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI setiap tahunnya. Di tahun 2019 ini Kemenkes mengambil tema Mental Health Promotion and Suicide Prevention dengan penguatan pada #sehatjiwa dan #cegahbunuhdiri.

Selain itu, Kemenkes RI juga mengundang para blogger dalam talkshow HKJS di Ruang Nantara, Kementerian Kesehatan RI. Kegiatan yang berlangsung pada hari ini, Rabu (10/10) menghadirkan Dr. dr. Fidiansjah M. A, Sp.KJ, MPHD (irektur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA), Ibu Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si. (Ikatan Psikolog Klinis Indonesia) dan Ibu Novy Yuliyanti (MotherHope Indonesia).

Tentang Kesehatan Jiwa
Perlu diketahui bahwasanya gangguan jiwa berbeda dengan gangguan mental emosional. Gangguan mental emosional masih setara lebih baik di bawah gangguan jiwa. Mereka-mereka yang berada di rumah sakit jiwa adalah yang sudah mencapai level gangguan jiwa. Semoga kita tidak akan termasuk ke dalamnya ya!


Berdasarkan Riskesdas (2013) orang dengan gangguan jiwa prevalensinya 1,7%. Sedangkan, prevelensi gangguan mental emosional 6%. Kasus gangguan jiwa biasanya terjadi di lingkup rumah tangga. Karenanya keluarga harus saling aware antar anggotanya.

Kesehatan jiwa didefinisikan sebagai kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental dan spritiual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU No.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa).

Biasanya masalah kesehatan jiwa (keswa) dan kesehatan fisik saling berkaitan. Misal, mereka yang menderita penyakit parah, merasa frustasi, bisa berpotensi mengalami gangguan jiwa.

Bunuh Diri & Pencegahannya
Sesi ketiga ada Ibu Gamayanti, perwakilan Ikatan Psikolog Klinis Indonesia. Menurut informasinya  dari beliau, hampir 800ribu orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya. Sungguh miris! 😔


Tak hanya itu, di balik satu kematian akibat bunuh diri, ada 20 kematian bunuh diri tak terdata. Diketahui pula prevalensi bunuh 3,7 per 100ribu penduduk setiap tahunnya. Ini yang terdata, pasti masih ada yang belum terdata.

Beberapa hal yang mendorong suicidal ideation (ide bunuh  diri)  antara lain kesepian, merasa tak berguna, lelah dengan kehidupan, putus asa, tidak ada yang mendukung, merasa dijauhi, perasaan tertekan, dan lain-lain.

Tahukah kalian, ternyata bunuh diri BISA MENULAR. Wow!  Beberapa penyebabnya antara lain ada artis terkenal melakukan bunuh diri, ada bunuh diri di sekitar rumah, terlalu banyak berita bunuh diri dan adanya website bunuh diri.

Yuk kita kenali tanda-tanda orang yang ingin bunuh diri supaya lebih aware dengan orang sekitar kita. Beberapa tandanya antara lain:

  • Bicara tentang bunuh diri
  • Menjauhi dari komunitasnya
  • Sulit makan atau tidur
  • Menunjuk perilaku yang drastis
  • dan lain-lain.


Tak hanya orang dewasa, suicidal ideation juga bisa "menyerang"  anak anak dan remaja. Stay aware, Moms!

Meskipun gejala-gejalanya tak selalu berarti mereka ingin bunuh diri, intinya adalah orangtua harus peduli, aware dan terus mengobservasi anaknya. Pun dengan anggota keluarga lainnya (istri, suami, orangtua, dan lain-lain).

Beberapa hal yang bisa dilakukan terbagi atas dukungan emosional (reassurance of worth, attachment, social integration & opportunity to provide nurturance) dan dukungan instrumental (guidance & reliable alliance).

"Di era digital seperti saat ini, marak bermunculan aplikasi dokter online maupun beli obat online. Namun belume Kami temukan aplikasi oeneydua jasa konsultasi psikolog online. Bagaimana Kemenkes menganggap hal ini?" tanya salah seorang peserta.

Untuk pertanyaan di atas, ternyata Kemenkes sudah punya aplikasi Sehat Jiwa yang dapat diunduh untuk berkonsultasi kesehatan jiwa secara online. Wah, salut!

Berbagi Kisah dengan Motherhope Indonesia
Selanjutnya sharing session dari Ibu Novy Yuliyanti, perwakilan MotherHope Indonesia. Beliau menceritakan tentang pengalaman beliau saat muncul gejala depresi dan keinginan bunuh diri.


Berawal dari persalinan C-Section yang dialaminya beebrapa tahun lalu, rasa depresi dan merasa tidak sempurna sebagai ibu mulai menghantuinya. Ditambah lagi ASI yang tidak keluar, gejala depresi bertambah-tambah. Tapi ia menyembunyikannya dari siapapun.

Belum lagi pertanyaan dan pernyataan tajam soal pengasuhan anak dari orang lain. Selain itu beliau juga baru saja melaksanajan wisuda magister Psikolog, merasa minder bahwa banyak orang berpendapat psikolog tidak boleh stress.

Setiap kali melihat bayinya, Ibu Novi rasanya inginnya membuangnya dan membantingnya. Selama 2 tahun ia sembunyikan semua perbuatan dan perasaan itu. Hingga akhirnya ia masuk ke komunitas Motherhope support group untuk kesehatan mental. Disitulah kebangkitannya dimulai. Ia perlahan mulai bisa mengontrol diri dan mulai tumbuh cinta terhadap bayinya.

Beragam kegiatan online dan offline dilakukan Motherhope Indonesia seperti kuliah WhatsApp, seminar, support group, dan lain-lain.

Salut dengan Ibu Novi. Tak mudah untuk sharing soal itu. Tapi beliau bergabung supaya yang lain dapat mengambil hikmah.
Sebagai penutup, para narasumber menyampaikan pesan-pesan.

"Pekalah terhadap diri sendiri. Jika kita merasa ada yg tidak normal, jangan ragu meminta bantuan. Jangan pula anggap remeh keluhan dari orang lain." ungkap Ibu Novy, Motherhope Indonesia.


"Mengasuh anak bukan sekadar memperhatikan perkembangan fisik, tapi juga mentalnya." Ibu Damaiyanti, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, menutup.

Once again, selamat Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Keep healthy mentally, guys!
Kemenkes & Bloggercrony
(sumber: @irenafaisal)



16 komentar:

  1. Saya khawatir setelah pemilu jumlah pasiah kesehatan jiwa meningkat tajam mba hehehe

    BalasHapus
  2. Kesehatan jiwa kalau ditilik ujungnya adalah balik lagi ke agama ya, kalau iman kuat insyaAllah punya bekal dan pondasi kuat untuk lebih waras

    BalasHapus
  3. Ngeri sih kalau bunuh diri bisa menular, tapi memang beberapa dari org depresi selalu mengalami katakutan dan khawatir yg berlebihan dan jadi overthingking

    BalasHapus
  4. Kesehatan jiwa kadang masih belum menjadi perhatian dari masyarakat. banyak yang menganggap penyakit jiwa disebabkan karena kurang beriman. Hmmmm...

    BalasHapus
  5. Baru tahu soal aplikasi Sehat Jiwa. Syukurlah Kemenkes makin peduli soal kesehatan jiwa ya, terutama pada ibu dan anak. Semoga aplikasi itu makin banyak dikenal dan orang-orang nggak malu lagi untuk konsultasi psikologi jika membutuhkan.

    BalasHapus
  6. Senang sekali rasanya sekarang banyak orang makin aware dengan kesehatan jiwa/mental. Fasilitas untuk mendapatkan penanganan juga sudah makin mudah diakses, bahkan beberapa ada yang di cover BPJS. Semoga stigma masyarakat pun semakin tidak memangdang sebelah mata ya terhadap kesehatan mental...

    BalasHapus
  7. Kesehatan jiwa perlu diperhatikan juga ya hikss.. Apalagi banyak kasus bunuh diri huhu. Jangan sampai ya.
    Bener tuh mbak. Bila ada salah dengan diri kita, segeralah starring dengan orang terdekat.
    Tks for sharring

    BalasHapus
  8. Pemantik stress seseorang juga bisa berasal dari lingkungan ya mbak. Omongan yang nyakitin, celetukan yang tajem, dan berbagai judgment lain yang bisa bikin orang jadi sakit batinnya. Mudah-mudahan hari kesehatan mental ini bisa jadi pengingat kita semua bahwa kesehatan jiwa itu penting banget, sama seperti kesehatan fisik kita.

    BalasHapus
  9. Terima kasih sudah berbagi, Mba... Iya nih, selain harus aware sama tanda-tanda di diri sendiri, semoga kita juga menjadi lebih peka, ya, dengan apa yang terjadi di sekeliling kita. Karena bisa saja kepedulian kita yang menjadi perantara dan mempengaruhi bagi kondisi mental seorang teman, kerabat, atau tetangga sekitar.

    BalasHapus
  10. Duh serem ya people zaman now rentan banget terkena gangguan mental. Jangan sampe deh penderita gangguan jiwa semakin banyak apalagi semakin banyak orang yang bunuh diri.. naudzubillah min dzalik..

    BalasHapus
  11. Dulu masalah kesehatan jiwa tidak banyak dibicarakan malah sebagian orang merasa tabu untuk membahasnya. Kini sudah semakin terbuka malah pemerintah memberikan fasilitas ya.

    BalasHapus
  12. Edukasi seperti ini penting banget hingga diketahui oleh masyarakat luas hingga ke pelosok ya.. jadi tau bagaimana agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan mengingat jaman sekarang perlu pintar pintar bergaul agar tidak terjerumus ke tempat masalah

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah, makin kesini feknologi makin maju. Ada aplikasi kontrol kesehatan jiwa juga. Insyallah bermanfaat

    BalasHapus
  14. Baca artikel ini membuat aku inget salah satu cerpen yang pernah aku baca yaitu tentang sebuah prediksi gimana suicide menjadi semacam yang digandrungi. Huhu.. semoga nggak bakal. Yuk Sadar kesehatan jiwa.

    BalasHapus
  15. Kita kudu lebih sadar akan kesehatan mental ya. Kalo dulu banyak yang menyembunyikannya sedangkan sekarang orang sudah mulai aware sama mental health.

    BalasHapus
  16. Baru tahu juga nih ada Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.
    Iyah bener tuh, kalau merasa ada yg lain ama diri jangan malu konsultasi pada yg lebih mengerti biar gak terjadi hal yg gak diinginkan, miris deh dengar tentang bunuh diri.

    BalasHapus